Saturday 25 March 2017

SEMINAR PENDIDIKAN - PENDIDIKAN UNTUK KEJAYAAN BANGSA

PENDIDIKAN UNTUK KEJAYAAN BANGSA
Materi Seminar Pendidikan








Dosen  : Ashari Husen, S.Sos. M.Si
Penulis : Shouki Nurfarid Al. H




Fakultas Pendidikan Ilmu Eksakta dan Keolahragaan
Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
2101000510637

PJKR-D

Abstrak
Shouki Nurfarid Al Hadi. 2013. Pendidikan untuk Kejayaan Bangsa. Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi. Fakultas Pendidikan Ilmu Eksakta dan Keolahragaan. IKIP Budi Utomo Malang. Dosen : Ashari Husen, S.Sos. M.Si.
Kata kunci       : Pendidikan, Kejayaan.
Masalah pendidikan di Indonesia adalah masalah seluruh elemen masyarakat dan pemerintah di Indonesia. Masalah pendidikan di Indonesia harus segera dibenahi untuk tercapainya tujuan pendidikan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu, bias dikatakan bahwa masa depan di Indonesia ada di tangan pendidikannya. Jika pendidikan di Indonesia bermutu dan mampu menumbuhkan karakter/akhlaq yang terpuji kepada peserta didik, maka massa depan Indonesia akan menjadi Negara yang berkualitas karena ditunggangi oleh orang-orang yang cerdas dan berakhlaq mulia. Pendidikan seperti inilah yang dapat membawa Indonesia menjadi Negara yang jaya dan merdeka seutuhnya. Sebaliknya jika pendidikan di Indonesia gagal menanamkan akhlaq yang terpuji kepada peserta didik, maka hanya dalam hitungan tahun saja Indonesia akan menjadi Negara yang dikuasai orang-orang yang pintar tetapi tidak amanah dalam kekuasaannya. Pendidikan seperti inilah yang membuat Indonesia menjadi Negara yang terpuruk dalam permasalahan-permasalahan bangsa.
Tujuan penulisan dari pembahasan pendidikan ini adalah untuk mengetahui masalah-masalah pendidikan di Indonesia disertai dengan solusi-solusi dari masalah agar pendidikan dapat menjayakan bangsa.
Target penulisan dari permasalahan ini yaitu dengan harapan semua pembaca dapat mengerti bahwa masalah pendidikan di Indonesia adalah masalah semua elemen bangsa, sehingga pembaca dapat mengambil peran dan memberikan solusi menurut pemikirannya sendiri.
Metode dalam penulisan ini adalah dengan menganalisis dari berbagai sumber buku dan karya tulis.





BAB I
PENDAHULUAN


I.1               Latar Belakang Permasalahan
Pendidikan di Indonesia masih memiliki banyak sekali permasalahan, seperti : kurang meratanya sarana dan prasarana pendidikan, rendahnya kualitas pendidik, tingginya anggaran pendidikan, perubahan kurikulum pendidikan, kurangnya pengawasan pemerintah, arus murid yang putus sekolah maupun tidak naik kelas, internet yang mempengaruhi pendidikan, dan lain-lain.
Semua permasalahan pendidikan di Indonesia adalah tanggungjawab dari masyarakat pada umumnya dan parlemen pemerintahan khususnya. Tanggungjawab atas permasalahan pendidikan dari sektor pemerintah bukan hanya dari Departemen Pendidikan beserta jajaran menteri-menteri pendidikan dan kebudayaan, akan tetapi seluruh parlemen pemerintahan di Indonesia yaitu dari kepala desa sampai presiden harus ikut serta bertanggungjawab. Contoh bahwa kepala desa dapat ikut serta memerangi permasalahan pendidikan yaitu dengan kekuasaannya sebagai pemimpin pemerintahan yang paling dekat dengan masyarakat, kepala desa dapat menghimbau seluruh warganya agar anak-anaknya jangan sampai tidak sekolah atau terputus sekolah (minimal lulus SMP). Contoh lain yaitu peran dari Menteri Komunikasi dan Informasi yang dapat mencegah dan memperbaiki permasalahan pendidikan di Indonesia. Menkominfo dapat member informasi perubahan-perubahan sistem pendidikan di Indonesia, anggaran pendidikan pertahun, beasiswa, maupun menghimbau wajib sekolah 9 tahun  melalui televisi, radio, dan internet agar masyarakat dapat mengetahui tentang perubahan dan informasi pendidikan di Indonesia. Selain itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dapat bekerja sama dengan Menkominfo untuk memiliki chanel televisi yang berbasis pendidikan karakter dengan animasi-animasi yang disukai anak-anak usia sekolah. Dan yang tidak kalah penting, Menkominfo seharusnya dapat menyeleksi situs-situs internet yang boleh dan tidak boleh masuk ke Indonesia. Kasihan sekali jika ada anak-anak didika yang mencari bahan tugas di internet, akan tetapi menemui situs yang bergambar tidak senonoh. Hal tersebut dapat menarik anak didik untuk ingin lebih dalam mengetahuinya. Akibatnya, banyak pelaku kriminal pemerkosaan atau pencabulan dari kalangan siswa bahkan siswa SD juga ada yang terlibat. Jika hal tersebut terjadi, maka perlu dipertanyakan kembali dimana peran pendidikan sebagai penumbuh karakter baik bangsa?
Hal-hal di atas adalah sebagian kecil dari permasalahan pendidikan di Indonesia. Selain itu, juga ada beberapa contoh peran pemerintah untuk dapat memerangi permasalahan pendidikan di Indonesia yang seharusnya dapat dicegah dan diperbaiki.
I.2               Rumusan Masalah
1)                 Apakah yang dimaksud dengan pendidikan untuk kejayaan bangsa?
2)                 Sebutkan masalah-masalah pendidikan di Indonesia?
3)                 Bagaimanakah evaluasi dan solusi permasalahan pendidikan di Indonesia?
I.3               Tujuan Permaslahan
1)                  Untuk mengetahui maksud dari pendidikan untuk kejayaan bangsa.
2)                  Untuk mengetahui masalah-masalah pendidikan di Indonesia.
3)                  Untuk mengevaluasi dan memberi solusi permasalahan pendidikan di Indonesia.


BAB II
PEMBAHASAN

II.1            Pendidikan untuk Kejayaan Bangsa
Menurut kamus bahasa Indonesia, pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, perbuatan, cara mendidik. Sedangkan arti dari kejayaan menurut kamus bahasa Indonesia adalah kemegahan, kebesaran, kemasyhuran; keadaan yang mapan dan menguntungkan (baik dalam segi materi maupun jiwa). Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan untuk kejayaan bangsa adalah proses pengubahan sikap atau tingkah laku manusia untuk menjadi dewasa agar dapat memapankan atau mensejahterakan seluruh kehidupan bangsa, baik kehidupan alamnya maupun kehidupan masyarakatnya (manusianya).
Menurut Quisumbing (2003), dalam Djemari Mardapi (2004), pendidikan memiliki peran utama dalam pengembangan personal dan sosial, memengaruhi perubahan individu dan sosial, perdamaian, kebebasan, dan keadilan. Dari penjelasan-penjelasan di atas, tidak dapat diragukan lagi betapa penting dan strategisnya pendidikan dalam pembangunan suatu bangsa. Karena, dengan pendidikanlah seseorang dibekali dengan berbagai pengetahuan, ketrampilan, keahlian, dan macam-macam tatanan hidup yang berupa norma-norma, aturan-aturan positif, dan sebagainya. Bekal yang diperoleh seseorang melalui pendidikan nantinya akan berguna bagi masa depan orang tersebut, kemanfaatan bagi masyarakat dan bangsa, bahkan untuk seluruh umat manusia di muka bumi ini. Oleh karena itu, semakin banyaknya orang yang terdidik dengan memiliki bekal pengetahuan, keahlian, dan ketaatan akan aturan di Indonesia, maka semakin dekatlah Negara Indonesia dengan kejayaan. Kejayaan itu bisa terjadi karena Negara Indonesia dikuasai oleh orang-orang yang pintar, cerdas dan memiliki akhlaq yang mulia.
II.2            Masalah-masalah Pendidikan di Indonesia
Dari zaman penjajahan sampai sekarang ini, pendidikan di Indonesia belum bisa terlepas dari masalah-masalah pendidikan yang sedang menjeratnya. Pemerintah telah melakukan berbagai cara untuk memerangi masalah-masalah pendidikan ini hingga mengeluarkan banyak biaya APBN. Selain pemerintah, masyarakat luas pun harus berbondong-bondong untuk ikut serta dalam mencegah dan memperbaiki pendidikan di Indonesia. Untuk lebih jelasnya lagi, berikut adalah beberapa masalah-masalah pendidikan di Indonesia yang menjadi pekerjaan rumah seluruh masyarakat dan pemerintahan di Indonesia.
A)               Tingginya Angaran Pendidikan di Indonesia
Anggaran pendidikan adalah perhitungan biaya yang dikeluarkan untuk mengadakan pendidikan di Indonesia. Anggaran pendidikan di Indonesia bisa dikatakan sangat tinggi, yaitu sejak UUD 45 mengamanatkan bahwa anggaran pendidikan minimal 20% APBN dan 20% APBD, alokasi anggaran pendidikan mengalami kenaikan dari waktu ke waktu. Hal ini bisa dilihat dari jumlah alokasi anggaran pendidikan dalam belanja pemerintah pusat yang diperoleh Departemen Pendidikan Nasional, sebagaimana
080609grafik1.jpg

digambarkan dalam grafik dibawah ini.
Menurut Data Pokok APBN-P 2008 dan APBN 2009, pada tahun 2005 alokasi anggaran Depdiknas ini mencapai Rp 23.117,4 miliar atau 19,23% dari total APBN. Selanjutnya terus mengalami kenaikan, pada tahun 2006 mencapai Rp 37.095,1 miliar atau 22,44% dari total APBN, Rp 40.476,8 miliar atau 18,95% dari total APBN pada tahun 2007, dan pada tahun 2008 mencapai Rp 45.296,7 miliar atau 16,67% dari total APBN. Pada tahun 2009, alokasi anggaran Depdiknas dalam belanja pemerintah pusat mencapai Rp 62.098,3 miliar atau 19,76% dari total APBN. Sebuah biaya yang sangat tinggi jika dibandingkan dengan mutu pendidikan di Indonesia saat ini. Uang tersebut digunakan untuk biaya bos, sertifikasi guru, gaji PNS, penyelenggaraan UN, pembangunan sarana dan prasarana, dan lain-lain.
Tambahan alokasi anggaran pendidikan ini tentu saja bukan merupakan pencapaian terakhir, melainkan merupakan langkah awal atau tambahan amunisi untuk meningkatkan mutu pendidikan dan memperluas cakupannya sehingga dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat di Negara Indonesia, baik di perkotaan maupun di pedesaan yang terpencil. Selanjutnya, pengelolaan anggaran yang transparan dan akuntabel juga merupakan salah satu kunci kesuksesan untuk mencapai target yang dicita-citakan dan dapat meminimalisir penyelewengan penggunaan anggaran pendidikan. Semoga penambahan alokasi anggaran pendidikan di Indonesia benar-benar bisa mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
B)                Kurang Meratannya Pendidikan di Indonesia
Pemerataan pendidikan merupakan proses meratakan pendidikan agar dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat Indonesia. Untuk itu, pendidikan di Indonesia perlu ditingkatkan hingga ke pelosok negeri dan bagi masyarakat menengah ke bawah. Karena mereka juga membutuhkan layanan pendidikan dalam mengantisipasi persaingan global dan memerangi berkembangnya penyandang buta huruf.
Agenda penting pemerintah yang harus menjadi prioritas adalah peningkatan pemerataan pendidikan, terutama bagi kelompok masyarakat miskin yang berjumlah sekitar 38,4 juta atau 17,6 persen dari total penduduk Indonesia (berdasarkan data Badan Pusat Statistik : 2007). Problem mereka adalah kemiskinan menjadi hambatan utama dalam mendapatkan akses pendidikan di daerahnya.
Mayoritas kaum miskin di Indonesia bertempat tinggal di daerah jauh yang terpencil. Mereka praktis kekurangan segalanya: fasilitas, alat-alat transportasi, dan komunikasi di samping rendahnya pengetahuan mereka terhadap teknologi. Jika Negara Indonesia ingin memperjuangkan visi Pendidikan nasional Indonesia yang berbunyi terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah”, maka tugas pemerintah yang terpenting adalah memfasilitasi sarana dan prasarana pendidikan untuk semua warga negaranya yang berada di seluruh penjuru negeri agar seluruh warga Negara Indonesia memiliki hak yang sama dalam bidang pendidikan.
C)                Rendahnya Kualitas Pendidik di Indonesia
Kualitas pendidik adalah ukuran mutu orang yang mendidik siswa.
Sejak Indonesia merdeka telah terjadi sembilan kali perubahan kurikulum pendidikan, namun tidak jelas kemana sasarannya. Kurikulum 2013 ini memiliki inti pada pembelajaran yang sederhana dan didasari orientasi pembelajaran yang “tematik-integratif”. Harapannya, mampu mencetak generasi yang siap dalam menghadapi tantangan masa depan. Siswa dituntut agar mampu dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan apa yang dipelajari. Targetnya, siswa memiliki kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang lebih baik. Lebih kreatif, inovatif, dan produktif.
Sekarang yang menjadi permasalahan lambatnya peningkatan kualitas disebabkan karena faktor kurikulum yang berganti-ganti ataukah kualitas guru yang belum terlalu baik. Kita meyakini perubahan kurikulum yang terlalu cepat memang menjadi faktor yang memperburuk kualitas pendidikan tetapi bagaimana dengan peran guru? Apakah guru sebagai ujung tombak pendidikan mempunyai kualitas yang baik untuk menciptakan anak didik yang berkualitas? Seharusnya ini yang menjadi titik tekan pendidikan Indonesia.
Memperbaiki kualitas guru jauh lebih penting daripada menganti-ganti kurikulum yang tidak jelas mau dibawa kemana. Guru yang berkualitas seharusnya mampu mentransformasikan kurikulum dengan baik melalui kreativitas dalam mengajar. Sehingga apapun bentuk perubahan kurikulum tidaklah harus menjadi persoalan yang besar.
Paradigma guru yang nyaman dengan metode lama dengan mengandalkan berceramah dan mencatat materi tentu harus menjadi perhatian khusus. Saat ini pembelajaran harus mampu menembus batas dan ruang kehidupan global. Guru harus mampu mengintegrasikan mata pelajaran dengan aktualitas perkembangan jaman. Selain itu, sebagai guru harus bangga dengan tugasnya. Tetapi banyak kita jumpai, guru memandang tugasnya hanya sebatas profesi. Padahal tanggung jawabnya sungguh besar dan mulia. Ini adalah salah satu “kanker” dalam dunia pendidikan.
Peningkatan kualitas guru (melalui program profesi) seharusnya menjadi proyek yang diharapkan menjadi suatu cerita sukses kualitas guru dan pendidikan. Tetapi dalam kenyataan program profesi yang dilaksanakan hanya digunakan untuk mencari kesejahteraan ekonomi oleh para guru. Parahnya lagi, proyek tersebut diperkirakan hanya digunakan untuk menghabiskan dana 20 % anggaran pendidikan tanpa ada evaluasi yang berkesinambugan mengenai kualitas guru yang masuk dalam program tersebut.
Sebagai guru yang baik seharusnya mampu untuk mengukur kemmapuan diri. Bahkan lebih baik apabila sadar dan mau untuk meningkatkan kualitasnya. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh guru untuk meningkatkan kualitas dirinya.
Pertama, para guru harus memperbanyak tukar pikiran tentang hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman mengembangkan materi pelajaran dan berinteraksi dengan peserta didik. Tukar pikiran tersebut bisa dilaksanakan dalam perternuan guru sejenis di sanggar kerja guru, ataupun dalam seminar-seminar yang berkaitan dengan hal itu.
Kedua, para guru bisa mengikuti seminar yang berkaitan dengan pendidikan. Mengikuti seminar mampu membuka cakrawala wawasan dunia pendidikan. Sehingga diharapkan dengan keikutsertaan tersebut mampu menggali potensi diri untuk dikembangkan dan ditransformasikan dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.
Ketiga, para guru harus mulai aktif membuat penelitian ilmiah mengenai pendidikan. Guru merupakan pelaku utama dalam pendidikan sehingga penelitian yang dilakukan guru akan mempunyai manfaat yang besar bagi dunia pendidikan. Karena guru merupakan objek dan subjek yang ada di dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Setelah itu hasil penelitain hendaknya dipublikasikan melalui berbagai media baik cetak maupun internet agar senua orang bisa mengakses dan menjadi referensi perbaikan pendidikan di Indonesia oleh siapapun.

D)               Pergantian Kurikulum Pendidikan di Indonesia
Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran yang diberikan pemerintah atau dibuat oleh lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pengajaran yang akan diberikan kepada peserta didik dalam periode waktu tertentu untuk mencapai suatu tujuan pendidikan.
Menjelang tahun ajaran 2013 beberapa bulan kedepan, beberapapihak yang peduli terhadap perkembangan pendidikan Indonesia ikut bersuaramembicarakan masa depan kurikulum 2013. Kurikulum yang akan diusung kementrianpendidikan untuk membangun pendidikan Indonesia, kurikulum ini diharapkan mampumembentuk generasi bangsa yang mampu bersaing dengan generasi bangsa yanglainnya.
Berbagai promo yang dilakukan kementerian pendidikan untukmensosialisasikan kurikulum 2013 kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Kementrianpendidikan yang dipimpin oleh M. Nuh sangat yakin, bahwa kurikulum 2013 mampumenjawab perkembangan zaman, dan mampu membekali pelajar Indonesia dalammenghadapi tantangan zaman.
Hiruk pikuk “kegagalan” penyelenggaraan UN yang belumterselesaikan, ternyata tidak menciutkan nyali para pejabat di kementerianpendidikan dalam mempromosikan kurikulum 2013. Ujian Nasional yang sudahdianggap MK tak layak diterapkan di negeri ini, dipaksakan untuk dilaksanakanUN disetiap sekolahan seluruh Indonesia.  Sehingga ada dari berbagai pengamat menyatakanbahwa kepemimpinan M. Nuh tidak berhasil menakhkodai kementrian pendidikan danbanyak dari para mahasiswa berkeinginan mantan rector itu untuk mundur darikursi kementerian.
Kegagalan pendidikan Indonesia yang belum mampu membentukmasyarakat yang madani, memang tidak bisa lepas dari proses pembelajaran parapelajar disekolahannya masing-masing. Hal ini tanpa mengurangi peranan keluargadan masyarakat dalam membentuk moralitas para pelajar dalam berkehidupanbermasyarakat dan bernegara.
Membicarakan keberhasilan pendidikan di Indonesia tidak bisadilepaskan dari kurikulum. Kurikulum menurut para penggiat pendidikan merupakanperangkat penting dalam menentukan kebijakan, proses pembelajaran, strategiserta evaluasi dalam dunia pendidikan. Keberadaan kurikulum adalah untukmenentukan kearah mana pendidikan Indonesia akan diarahkan. Keberadaan kurikulumdalam pendidikan juga dapat menentukan kemanakah para pelajar ini akandiarahkan, akan dijadikan apa para pelajar kelak selesai sekolah, dan bagaimanapara pendidik ini dalam mengajarkan dan mentransformasikan ilmu pengetahuannyakepada para pelajar.
Kurikulum adalah perangkat (alat) dalam menentukan tujuandalam pembentukan kegiatan pendidikan dan pengajaran. Dalam kurikulum terdapatmata pelajaran, mata pelajaran inilah yang dijadikan sarana bagi guru danpelajar dalam mengarahkan para siswa. Didalam kurikulum juga terdapat program pendidikanyang diberikan kepada peserta didik guna mengarahkan peserta didik dalam suatutujuan. Secara singkatnya kurikulum adalah suatu system atau perangkat untukmempermudah para pendidik dalam mengarahkan para siswa dalam prosespembelajaran sehingga tercapainnya suatu tujuan atau menuju output yangdiharapkan.
Dalam penyusunan kurikulum yang menjadi barometer keberhasilanpendidikan adalah pertama kandungan materi yang diajarkan kepada peserta didik,yang kedua adalah pelaksanaan pembelajaran, yang ketiga adalah penilaian darihasil penguasaan materi dan pelaksanaan pembelajaran dan yang keempat adalahhasil akhir.
Jika mengacu kepada empat hal tersebut pendidikan Indonesia apakahsudah menuju tujuan manusia yang beriman dan bertaqwa (moralitas tinggi), cakapdan kreatif, mandiri dan bertanggungjawab. Kesuksesan pendidikan Indonesia itudibuktikan oleh pelajar yang mampu bersikap yang berdasarkan ketuhanan yangMaha Esa, mampu berpengetahuan luas dan memiliki ketrampilan.
Kemunculan kurikulum 2013 didasari oleh krisisnya keadaanbangsa yang semakin merosot moralitasnya. Coba bayangkan saja disetiap beritayang dikabarkan di televise dan media massa yang lainnya. Sudah berapakah parapejabat menjadi koruptor yang memperkaya diri sedangkan rakyat dalampenderitaan yang sudah pada titik nadir, sudah berapakah jumlah generasi negeriini dirusak dengan NARKOBA, sudah berakali berita tawuran pelajar terjadi,sudah berakali tawuran para mahasiswa, sudah berapa kali berita mengenaipemerkosaan, lebih parahnya lagi berita tentang ibu bunuh anaknya, bapakperkosa anaknya, anak bunuh ibunya dll.
Secantik apapun kurikulum yang diterapkan dalam duniapendidikan Indonesia, jika para pelaku (pejabat, pelaku pendidikan, pengawaspendidikan, dinas, pemerintah dan elemen masyarakat) masih menyimpan trikkotor, maka system yang ada akan menjadi kotor dan hasilnyapun juga terkotori. Kurikulumadalah hanyalah perangkat/alat.
Pisau adalah alat, pisau jika ditangan koki maka akanmembantu kinerja koki lebih baik, pisau kalau ditangan pedagang daging makaakan mempermudah pekerjaanya, tapi jika pisau ada di tangan penjahat, makapisau itu akan menjadi mesin pembunuh atau setidaknya sebagai alat untuk terror.Begitu juga kurikulum pendidikan. Selama kurikulum itu berada ditangan-tanganyang tidak bersih, maka jangan harap generasi yang akan dihasilkan memilikimoralitas yang tinggi, setidaknya hasilnya adalah sama dengan para pelakupemegang kurikulum. (Adib El-Nglesany)

E)                Kurangnya Pengawasan Pemerintah terhadap Pendidikan di Indonesia

F)                 Arus Murid yang Putus Sekolah dan Tidak Naik Kelas
Pengertian putus sekolah dapat pula diartikan sebagai Drop-Out (DO) yang artinya bahwa seorang anak didik yang karena sesuatu hal, biasa disebabkan karena malu, malas, takut, sekedar ikut-ikutan dengan temannya atau karena alasan lain sehingga mereka putus sekolah ditengah jalan atau keluar dan tidak lagi masuk untuk selama-lamanya
Untuk mengatasi persoalan tersebut, biasanya setiap orang tua yang memiliki ekonomi lemah/miskin mengambil 3 pilihan untuk menjembatami dua kepentingan yang bertolak belakang, keinginan untuk menyekolahkan anak dan keharusan anak untuk bekerja demi membantu penghasilan orang tua.
Pendidikan adalah merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia yang sekaligus dapat membedakan antara manusia dengan hewan. Hewan juga belajar, tetapi lebih ditentukan oleh instiknya. Sedangkan bagi manusia belajar berarti bahwa rangkaian kegiatan menuju pendewasaan guna mencapai sebuah kehidudpan yang lebih berarti. Oleh karena itu pendidikan atau yang lebih sering kita kenal dengan istilah sekolah adalah merupakan bagian dari suatu aktivitas yang sadar akan tujuan. Sekolah dalam hal ini pendidikan menempati posisi yang sangat sentral da nstrategis dalam membangun kehidupan secara tepat dan terhormat.
Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu keharusan bagi setiap manusia secara keseluruhan. Setiap manusia berhak mendapatkan atau memperoleh pendidikan, baik secara formal, informal maupun non formal, sehingga pada gilirannya ia akan memiliki mental, akhlak, moral dan fisik yang kuat serta menjadi manusia yang berbudaya tinggi dalam melaksanakan tugas, kewajiban dan tanggung jawabnya di dalam masyarakat.
Namun jika kita melihat kenyataan dalam melaksanakan, khususnya mereka yang berada di Kecamatan Anggeraja  Kabupaten Enrekang ternyata kebanyakan anak-anak remaja mereka banyak yang putus sekolah dan memilih bekerja untuk membantu orang tua dalam hal menambah penghasilan orang tuanya. Hal inilah yang menyebabkan banyaknya remaja putus sekolah di Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang.
Adapun faktor-faktor penyebab banyaknya remaja putus sekolah di Kecamatan Anggeraja sebagai akibat kegagalan pendidikan adalah kurangnya sarana dan prasarana pendidikan serta kurangnya mutu pendidikan. Faktor lain yang menyebabkan banyaknya remaja putus sekolah adalah kurangnya ikhwal serta peranan orang tua dan juga banyaknya pengaruh lingkungan sosial.6
Adapun faktor lain yang menyebab banyaknya remaja putus sekolah dan kegagalan pendidikan menurut Bapak Umar Hatta salah satu guru di SMA Negeri I Anggeraja mengatakan bahwa ada 3 permasalahan pokok yang menyebabkan banyaknya remaja rawan DO atau putus sekolah sebagai berikut:
  1. Kurangnya perhatian atau pengawasan orang tua terhadap kegiatan belajar anak di rumah.
  2. Figur orang tua yang senantiasa melihat keberhasilan seseorang dari ukuran yang praktis dan pragmatis. Artinya dimata orang tua yang terpenting adalah si anak dapat cepat bekerja dan mencari uang sendiri.
  3. Kesadaran akan kebutuhan belajar anak kurang.7
Adapun faktor lain di luar faktor keluarga menurut pak Umar adalah masalah lingkungan sosial masyarakat desa, dimana sudah menjadi rahasia umum bahwa lulusan SLTP banyak yang tidak melanjutkan pendidikannya ke Sekolah Lanjutan Atas (SMA), atau bahkan ke jenjang perguruna tinggi, tetapi malah mereka lebih memilih untuk mencari kerja.8
Selain itu ada juga faktor lain yang menyebabkan banyaknya remaja putus sekolah yang mengakibatkan pendidikan menjadi gagal adalah akibat media massa, dimana banyak remaja-remaja usia sekolah yang tergantung dan bahkan terpengaruh dengan hadirnya stasiun TV yang banyak menawarkan berbagai macam acara-acarah menarik, sehingga acapkali belajar pun rela mereka tinggalkan demi untuk mengikuti acara-acara di TV, seperti acarah-acarah sinetraon, Filem India, acara KDI, AFI, dan acara-acarah lain yang menarik, sehingga banyak remaja/pelajar yang lebih memili untuk menonton dari pada belajar dan mengerjakan tugas.
Faktor yang lain yang juga merupakan penyebab banyaknya remaja putus sekolah di Kecamatan Anggeraja yang pada akhirnya akan terjadi kegagalan pendidikan adalah masalah lingkungan sekolah, yang mana disekitar Kecamatan Anggeraja jumlah sekolah yang relati kurang . Faktor lain yaitu jarak antara sekolah dan rumah relatuf jauh, sehingga kebanyakan remaja mengatakan kepada orang tuanya bahwa mereka ke sekolah tetapi ternyata mereka tidak sampai di sekolah. Meskipun hal ini jarang terjadi namun kadang-kadang dapat mempengaruhi remaja untuk tidak masuk sekolah dan akhirnya tidal lagi melanjutkan sekolahnya atau dengan kata lain mereka telah putus sekolah. Kerasanya guru atau pengajar dalam memberikan sansi atau hukuman kepada siswa yang berbuat suatu kesalahan, terutama hukum yang bersifat fisik mengakibatnya banyaknya anak sekolah yang trauma dan akhirnya mereka lebih memilih untuk tidak melanjutkan sekolahhnya.
Adapun masalah keterbatasan dan kurangnya dorongan dari orang tua murid juga termasuk penyebab banyknya remaja putus sekolah sehingga menyebabkan mutu pendidikan menjadi rendah yang akhirnya terjadi kegagalan pendidikan. Kesibukan orang tua yang sangat padat, sampai-sampai tidak ada waktu juga untuk mengetahui serta membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh anak-anaknya di sekolah. Disamping itu tidak jarang pula terjadi akibat orang tua itu sendiri yang ternyata adalah sama sekali tidak pernah mengenal bangku sekolah, sehingga wajar jika mereka tidak mampu mendampingi anak-anaknya ketika mengerjakan PR di rumah.9
Kasus siswa atau remaja yang tinggal kelas atau bahkan putus sekolah dan prestasi belajar buruk/kurang bukan semata karena pengartuh TV. Memang diakui sebagai abak/remaja putus sekolah akibat pengaruh TV, namun ada faktor lain seperti faktor psikologis anak itu sendiri dalam banyak hal juga berpengaruh. Salah satu guru SD di Kecamatan Anggeraja  menuturkan bahwa adanya kebiasaan buruk dari murid-murid, yaitu bersikap cuek atau acuh tak acuh dalam menerima mata pelajaran dan mengerjakan PR. Didugah oleh Ibu Hajrah bahwa acapkali dirasakan murid-murid yang masuk kelas tanpa kurang bersemangat dan bahkan bersikap acuh terhadap penjelasan-penjelasan yang diberikan oleh guru dimuka kelas, justru murid-murid sepertinya tampak gembira kalau guru menyatakan bahwa hari ini tidak ada pelajaran atau kosong.10 Terkadang juga sering kita jumpai banyak remaja-remaja entah sengaja atau tidak, tetapi sering meninggalkan bukunya di sekolah sehingga anak-anak pulang hanya orangnya sendiri saja tidak membawa pulang juga peralatan sekolahnya, sehingga jarang atau bahkan tidak pernah anak-anak belajar di rumah kalau tidak mendesak ada PR dan bahkan PR itu sering kali mereka kerjakan menjelang masuk sekolah.
Kurangnya waktu belajar yang cukup buat remajah/anak sekolah pada akhirnya membuat mereka kelabakan sendiri jika PR dari sekolah. Bisa dikatakan bahwa anak-anaka cenderung akan belajar hanya jika ada Prnya saja, jangankan belajar untuk materi yang akan datang, materi yang sudah diajarkan saja tidak jarang anak-anak tidak belajar untuk mengulangnya lagi. Seringkali didapati murid-murid mengerjakan PR secara dadakan, dengan membawa PR tersebut ke sekolah dan dikerjakan bersama-sama dengan teman-temananya yang lain yang kebetulan sudah mengerjakan PR. Biasanya mereka datang pagi-pagi sekali ke sekolah, dan menungguh teman-temannya yang sudah mengerjakan PR. Dengan berbekal PR pinjaman teman-temannya merekapun mencontek.11
Seperti halnya soaal standarisasi untuk menentukan seorang siswa layak atau tidak naik kelas, masalah pemberian sanksi bagi siswa yang tidak mengerjakan Rp, bagi seorang guru adalah sesuatu yang sangat dilematis. Di satu sisi jika guru bertindak lunak, tetapi di sisi yang lain jika guru bertindak kasar, mungkin siswa yang bersangkutan akan malas dan tidak masuk sekolah, atau bahkan pada akhirnya siswa tersebut lebih memilih untuk tidak lanjut lagi dan akhirnya mereka putus sekolah. Disamping itu, para guru umumnya juga menyadari bahwa untuk siswa yang sehari-harinya merangkap antara belajar dan bekerja, entah itu di rumah atau bekerja di sektor publik, faktor kelelahan pisik juga sangat mempengaruhi stamina siswa untuk dapat belajar dengan baik.

G)               Pengaruh Internet terhadap Pendidikan di Indonesia
Selain sangat bermanfaat bagi dunia pendidikan, namun keberadaan internet juga tentu memiliki dampak negatif bagi dunia pendidikan saat ini. Kebebasan penggunaan internet di Indonesia dari setiap tempat yang memiliki akses jaringan internet, memungkinkan berbagai penyalahgunaan fasilitas internet kerap dilakukan, baik sebagai sarana untuk kriminalitas atau perbuatan asusila.

Beberapa oknum pelajar biasanya ada yang menjadikan internet sebagai media untuk mencari hal yang tidak mendidik, seperti halnya mencari gambar-gambar yang tidak senonoh, serta video-video yang bersifat asusila yang tentunya akan mempengaruhi jiwa dan kepribadian mereka, sehingga terpengaruh dan mengganggu konsentrasinya terhadap proses pembelajaran disekolah.

Dampak negatif internet lainnya bagi dunia pendidikan adalah dimana saat ini semakin banyaknya beredar game online yang umumnya sangat digemari oleh para pelajar. Game online yang digunakan secara tepat waktu tentu tidak akan berdampak negatif, tetapi penggunaan game online yang berlebih juga dapat berdampak kepada para siswa yang membuang-buang banyak waktu hanya bermain game, sementara lupa akan kegiatan belajar, bahkan kebiasaan bermain game online yang berlebihan juga akan berdampak bagi kesehatan para pelajar yang setiap harinya harus menghabiskan sebagian besar waktu hanya untuk bermain game online.

Penggunaan game online yang secara berlebihan yang dilakukan oleh para pelajar juga akan berpengaruh terhadap biaya hidup yang semakin mahal terhadap seorang pelajar. Dengan semakin lama bermain game online, tentu biaya koneksi internet yang harus dibayarkan juga akan semakin besar dan bukan tidak mungkin bagi para pelajar yang kebanyakan bermain internet lewat rental atau warnet, akan kehabisan banyak uang ketika harus bermain game online dalam waktu berjam-jam.

Memang tidak dapat dipungkiri bahwasannya dampak negatif yang ditimbulkan oleh internet terhadap dunia pendidikan tidaklah begitu besar bila dibandingkan dengan manfaat yang bisa diperoleh. Artinya bila kita menggunakan secara bijak, maka internet akan sangat bermanfaat, sementara bila digunakan secara tidak bijak, maka hal yang diperoleh tentunya adalah kebalikannya. Intinya penggunaan internet yang posifit dan negatif, tentu kembali kepada orang yang menggunakannya.

II.3            Evaluasi dan Solusi Permasalahan Pendidikan di Indonesia
Evaluasi dan solusi permasalahan pendidikan adalah penilaian beserta jalan keluar terhadap permasalahan pendidikan di Indonesia.
Untuk mengatasi masalah-masalah di atas, secara garis besar ada dua solusi yang dapat diberikan yaitu:
Pertama, solusi sistemik, yakni solusi dengan mengubah sistem-sistem sosial yang berkaitan dengan sistem pendidikan. Seperti diketahui sistem pendidikan sangat berkaitan dengan sistem ekonomi yang diterapkan. Sistem pendidikan di Indonesia sekarang ini, diterapkan dalam konteks sistem ekonomi kapitalisme (mazhab neoliberalisme), yang berprinsip antara lain meminimalkan peran dan tanggung jawab negara dalam urusan publik, termasuk pendanaan pendidikan.
Maka, solusi untuk masalah-masalah yang ada, khususnya yang menyangkut perihal pembiayaan –seperti rendahnya sarana fisik, kesejahteraan guru, dan mahalnya biaya pendidikan– berarti menuntut juga perubahan sistem ekonomi yang ada. Akan sangat kurang efektif kita menerapkan sistem pendidikan Islam dalam atmosfer sistem ekonomi kapitalis yang kejam. Maka sistem kapitalisme saat ini wajib dihentikan dan diganti dengan sistem ekonomi Islam yang menggariskan bahwa pemerintah-lah yang akan menanggung segala pembiayaan pendidikan negara.
Kedua, solusi teknis, yakni solusi yang menyangkut hal-hal teknis yang berkait langsung dengan pendidikan. Solusi ini misalnya untuk menyelesaikan masalah kualitas guru dan prestasi siswa.
Maka, solusi untuk masalah-masalah teknis dikembalikan kepada upaya-upaya praktis untuk meningkatkan kualitas sistem pendidikan. Rendahnya kualitas guru, misalnya, di samping diberi solusi peningkatan kesejahteraan, juga diberi solusi dengan membiayai guru melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan memberikan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru. Rendahnya prestasi siswa, misalnya, diberi solusi dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas materi pelajaran, meningkatkan alat-alat peraga dan sarana-sarana pendidikan, dan sebagainya.
Untuk mengatasi masalah-masalah di atas, secara garis besar ada dua solusi yang dapat diberikan yaitu:
Pertama, solusi sistemik, yakni solusi dengan mengubah sistem-sistem sosial yang berkaitan dengan sistem pendidikan. Seperti diketahui sistem pendidikan sangat berkaitan dengan sistem ekonomi yang diterapkan. Sistem pendidikan di Indonesia sekarang ini, diterapkan dalam konteks sistem ekonomi kapitalisme (mazhab neoliberalisme), yang berprinsip antara lain meminimalkan peran dan tanggung jawab negara dalam urusan publik, termasuk pendanaan pendidikan.
Kedua, solusi teknis, yakni solusi yang menyangkut hal-hal teknis yang berkait langsung dengan pendidikan. Solusi ini misalnya untuk menyelesaikan masalah kualitas guru dan prestasi siswa.
Maka, solusi untuk masalah-masalah teknis dikembalikan kepada upaya-upaya praktis untuk meningkatkan kualitas sistem pendidikan. Rendahnya kualitas guru, misalnya, di samping diberi solusi peningkatan kesejahteraan, juga diberi solusi dengan membiayai guru melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan memberikan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru. Rendahnya prestasi siswa, misalnya, diberi solusi dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas materi pelajaran, meningkatkan alat-alat peraga dan sarana-sarana pendidikan, dan sebagainya.
            Adapun Kurikulum 2013 bukan merupakan solusi bagi rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia hal ini disebabkan oleh Draf kurikulum 2013 yang sudah dirilis dalam uji publik, dinilai oleh Dewan Pendidikan memiliki banyak kelemahan. Pihaknya mencatat sejumlah kelemahan dari isi kurikulum yang mengurangi jumlah mata pelajaran SD dari sepuluh menjadi enam mata pelajaran ini.
            Kelemahan pertama, kurikulum 2013 bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional karena penekanan pengembangan kurikulum hanya didasarkan pada orientasi pragmatis.  Perubahan Kurikulum 2013 juga tidak didasarkan pada evaluasi dari pelaksanaan kurikulum sebelumnya (KTSP) 2006 sehingga dapat membingungkan guru dan pemangku pendidikan dalam pelaksanaannya. 
            Kelemahan kedua, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tidak pernah langsung melibatkan guru dalam merumuskan kurikulum 2013. Kemendikbud seolah melihat semua guru dan peserta didik memiliki kemampuan yang sama. Dalam kurikulum 2013, tak adanya keseimbangan antara orientasi proses pembelajaran dan hasil. Keseimbangan itu sulit dicapai karena kebijakan ujian nasional (UN) masih diberlakukan
               Kelemahan ketiga, yang terpenting adalah pengintegrasian mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dengan enam mata pelajaran baru untuk jenjang sekolah dasar (SD). Langkah menghapus mata pelajaran IPA dan IPS dinilai tidak tepat karena rumpun ilmu mata pelajaran-mata pelajaran itu berbeda

banner
Previous Post
Next Post

0 komentar:

Blog Archive

Advertising