PENDIDIKAN
UNTUK KEJAYAAN BANGSA
Materi
Seminar Pendidikan
Dosen : Ashari Husen, S.Sos. M.Si
Penulis : Shouki Nurfarid Al. H
Fakultas
Pendidikan Ilmu Eksakta dan Keolahragaan
Jurusan
Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
2101000510637
PJKR-D
Abstrak
Shouki Nurfarid Al Hadi. 2013. Pendidikan untuk Kejayaan Bangsa. Jurusan
Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi. Fakultas Pendidikan Ilmu Eksakta dan
Keolahragaan. IKIP Budi Utomo Malang. Dosen : Ashari Husen, S.Sos. M.Si.
Kata kunci : Pendidikan,
Kejayaan.
Masalah pendidikan di Indonesia adalah masalah seluruh elemen masyarakat
dan pemerintah di Indonesia. Masalah pendidikan di Indonesia harus segera
dibenahi untuk tercapainya tujuan pendidikan yaitu mencerdaskan kehidupan
bangsa. Oleh karena itu, bias dikatakan bahwa masa depan di Indonesia ada di
tangan pendidikannya. Jika pendidikan di Indonesia bermutu dan mampu
menumbuhkan karakter/akhlaq yang terpuji kepada peserta didik, maka massa depan
Indonesia akan menjadi Negara yang berkualitas karena ditunggangi oleh
orang-orang yang cerdas dan berakhlaq mulia. Pendidikan seperti inilah yang
dapat membawa Indonesia menjadi Negara yang jaya dan merdeka seutuhnya.
Sebaliknya jika pendidikan di Indonesia gagal menanamkan akhlaq yang terpuji
kepada peserta didik, maka hanya dalam hitungan tahun saja Indonesia akan
menjadi Negara yang dikuasai orang-orang yang pintar tetapi tidak amanah dalam
kekuasaannya. Pendidikan seperti inilah yang membuat Indonesia menjadi Negara
yang terpuruk dalam permasalahan-permasalahan bangsa.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka dapat dikemukakan rumusan
masalah, sebagai berikut : 1) Apakah yang dimaksud dengan pendidikan untuk
kejayaan bangsa? 2) Sebutkan masalah-masalah pendidikan di Indonesia? 3) Bagaimanakah
evaluasi dan solusi permasalahan pendidikan di Indonesia?
Dari rumusan masalah di atas, dapat dikemukakan tujuan permasalahan,
sebagai berikut : 1) Untuk mengetahui maksud dari pendidikan untuk
kejayaan bangsa. 2) Untuk mengetahui masalah-masalah pendidikan di Indonesia.
3) Untuk mengevaluasi dan memberi solusi permasalahan pendidikan di Indonesia.
Tujuan penulisan dari pembahasan pendidikan ini adalah untuk mengetahui
masalah-masalah pendidikan di Indonesia disertai dengan solusi-solusi dari
masalah agar pendidikan dapat menjayakan bangsa.
Target penulisan dari permasalahan ini yaitu dengan harapan semua
pembaca dapat mengerti bahwa masalah pendidikan di Indonesia adalah masalah
semua elemen bangsa, sehingga pembaca dapat mengambil peran dan memberikan
solusi menurut pemikirannya sendiri.
Metode dalam penulisan ini adalah dengan menganalisis dari berbagai
sumber buku dan karya tulis.
BAB I
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang Permasalahan
Pendidikan di Indonesia
masih memiliki banyak sekali permasalahan, seperti : kurang meratanya sarana
dan prasarana pendidikan, rendahnya kualitas pendidik, tingginya anggaran
pendidikan, perubahan kurikulum pendidikan, kurangnya pengawasan pemerintah,
arus murid yang putus sekolah maupun tidak naik kelas, internet yang
mempengaruhi pendidikan, dan lain-lain.
Semua permasalahan
pendidikan di Indonesia adalah tanggungjawab dari masyarakat pada umumnya dan
parlemen pemerintahan khususnya. Tanggungjawab atas permasalahan pendidikan
dari sektor pemerintah bukan hanya dari Departemen Pendidikan beserta jajaran
menteri-menteri pendidikan dan kebudayaan, akan tetapi seluruh parlemen
pemerintahan di Indonesia yaitu dari kepala desa sampai presiden harus ikut
serta bertanggungjawab. Contoh bahwa kepala desa dapat ikut serta memerangi
permasalahan pendidikan yaitu dengan kekuasaannya sebagai pemimpin pemerintahan
yang paling dekat dengan masyarakat, kepala desa dapat menghimbau seluruh
warganya agar anak-anaknya jangan sampai tidak sekolah atau terputus sekolah
(minimal lulus SMP). Contoh lain yaitu peran dari Menteri Komunikasi dan
Informasi yang dapat mencegah dan memperbaiki permasalahan pendidikan di
Indonesia. Menkominfo dapat member informasi perubahan-perubahan sistem
pendidikan di Indonesia, anggaran pendidikan pertahun, beasiswa, maupun
menghimbau wajib sekolah 9 tahun melalui
televisi, radio, dan internet agar masyarakat dapat mengetahui tentang
perubahan dan informasi pendidikan di Indonesia. Selain itu, Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan dapat bekerja sama dengan Menkominfo untuk memiliki chanel
televisi yang berbasis pendidikan karakter dengan animasi-animasi yang disukai
anak-anak usia sekolah. Dan yang tidak kalah penting, Menkominfo seharusnya
dapat menyeleksi situs-situs internet yang boleh dan tidak boleh masuk ke
Indonesia. Kasihan sekali jika ada anak-anak didika yang mencari bahan tugas di
internet, akan tetapi menemui situs yang bergambar tidak senonoh. Hal tersebut
dapat menarik anak didik untuk ingin lebih dalam mengetahuinya. Akibatnya,
banyak pelaku kriminal pemerkosaan atau pencabulan dari kalangan siswa bahkan
siswa SD juga ada yang terlibat. Jika hal tersebut terjadi, maka perlu
dipertanyakan kembali dimana peran pendidikan sebagai penumbuh karakter baik
bangsa?
Hal-hal di atas adalah
sebagian kecil dari permasalahan pendidikan di Indonesia. Selain itu, juga ada
beberapa contoh peran pemerintah untuk dapat memerangi permasalahan pendidikan
di Indonesia yang seharusnya dapat dicegah dan diperbaiki.
I.2
Rumusan Masalah
1)
Apakah yang dimaksud dengan pendidikan untuk kejayaan
bangsa?
2)
Sebutkan masalah-masalah pendidikan di Indonesia?
3)
Bagaimanakah evaluasi dan solusi permasalahan
pendidikan di Indonesia?
I.3
Tujuan Permaslahan
1)
Untuk mengetahui maksud dari pendidikan untuk kejayaan
bangsa.
2)
Untuk mengetahui masalah-masalah pendidikan di
Indonesia.
3)
Untuk mengevaluasi dan memberi solusi permasalahan
pendidikan di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1
Pendidikan untuk Kejayaan Bangsa
Menurut kamus bahasa Indonesia, pendidikan adalah proses pengubahan
sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, perbuatan, cara
mendidik. Sedangkan arti dari kejayaan menurut kamus bahasa Indonesia adalah
kemegahan, kebesaran, kemasyhuran; keadaan yang mapan dan menguntungkan (baik
dalam segi materi maupun jiwa). Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa
pendidikan untuk kejayaan bangsa adalah proses pengubahan sikap atau tingkah
laku manusia untuk menjadi dewasa agar dapat memapankan atau mensejahterakan
seluruh kehidupan bangsa, baik kehidupan alamnya maupun kehidupan masyarakatnya
(manusianya).
Menurut
Quisumbing (2003), dalam Djemari Mardapi (2004), pendidikan memiliki peran
utama dalam pengembangan personal dan sosial, memengaruhi perubahan individu
dan sosial, perdamaian, kebebasan, dan keadilan. Dari penjelasan-penjelasan di atas, tidak dapat diragukan lagi betapa
penting dan strategisnya pendidikan dalam pembangunan suatu bangsa. Karena, dengan pendidikanlah seseorang dibekali dengan berbagai
pengetahuan, ketrampilan, keahlian, dan macam-macam tatanan hidup yang berupa
norma-norma, aturan-aturan positif, dan sebagainya. Bekal yang diperoleh seseorang
melalui pendidikan nantinya akan berguna bagi masa depan orang tersebut,
kemanfaatan bagi masyarakat dan bangsa, bahkan untuk seluruh umat manusia di muka bumi ini. Oleh karena itu, semakin banyaknya orang yang terdidik dengan
memiliki bekal pengetahuan, keahlian, dan ketaatan akan aturan di Indonesia,
maka semakin dekatlah Negara Indonesia dengan kejayaan. Kejayaan itu bisa
terjadi karena Negara Indonesia dikuasai oleh orang-orang yang pintar, cerdas
dan memiliki akhlaq yang mulia.
II.2
Masalah-masalah Pendidikan di Indonesia
Dari zaman penjajahan sampai
sekarang ini, pendidikan di Indonesia belum bisa terlepas dari masalah-masalah
pendidikan yang sedang menjeratnya. Pemerintah telah melakukan berbagai cara
untuk memerangi masalah-masalah pendidikan ini hingga mengeluarkan banyak biaya
APBN. Selain pemerintah, masyarakat luas pun harus berbondong-bondong untuk
ikut serta dalam mencegah dan memperbaiki pendidikan di Indonesia. Untuk lebih
jelasnya lagi, berikut adalah beberapa masalah-masalah pendidikan di Indonesia
yang menjadi pekerjaan rumah seluruh masyarakat dan pemerintahan di Indonesia.
A)
Tingginya Angaran Pendidikan di Indonesia
Anggaran
pendidikan adalah perhitungan biaya yang dikeluarkan untuk mengadakan
pendidikan di Indonesia. Anggaran pendidikan di Indonesia bisa dikatakan sangat
tinggi, yaitu sejak
UUD 45 mengamanatkan bahwa anggaran pendidikan minimal 20% APBN dan 20% APBD,
alokasi anggaran pendidikan mengalami kenaikan dari waktu ke waktu. Hal ini
bisa dilihat dari jumlah alokasi anggaran pendidikan dalam belanja pemerintah
pusat yang diperoleh Departemen Pendidikan Nasional, sebagaimana
![]() |
digambarkan dalam grafik dibawah ini.
Menurut
Data Pokok APBN-P 2008 dan APBN 2009, pada tahun 2005 alokasi anggaran
Depdiknas ini mencapai Rp 23.117,4 miliar atau 19,23% dari total APBN.
Selanjutnya terus mengalami kenaikan, pada tahun 2006 mencapai Rp 37.095,1
miliar atau 22,44% dari total APBN, Rp 40.476,8 miliar atau 18,95% dari total
APBN pada tahun 2007, dan pada tahun 2008 mencapai Rp 45.296,7 miliar atau
16,67% dari total APBN. Pada tahun 2009, alokasi anggaran Depdiknas dalam
belanja pemerintah pusat mencapai Rp 62.098,3 miliar atau 19,76% dari total
APBN. Sebuah biaya yang sangat tinggi jika dibandingkan
dengan mutu pendidikan di Indonesia saat ini. Uang tersebut digunakan untuk
biaya bos, sertifikasi guru, gaji PNS, penyelenggaraan UN, pembangunan sarana
dan prasarana, dan lain-lain.
Tambahan alokasi anggaran pendidikan
ini tentu saja bukan merupakan pencapaian terakhir, melainkan merupakan langkah awal atau tambahan
amunisi untuk meningkatkan mutu pendidikan dan memperluas cakupannya sehingga dapat diakses oleh
seluruh lapisan masyarakat di Negara Indonesia, baik di perkotaan maupun di
pedesaan yang terpencil. Selanjutnya, pengelolaan anggaran yang transparan dan akuntabel juga
merupakan salah satu kunci kesuksesan untuk mencapai target yang dicita-citakan dan dapat
meminimalisir penyelewengan penggunaan anggaran pendidikan. Semoga penambahan alokasi anggaran pendidikan di Indonesia benar-benar bisa mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
B)
Kurang
Meratannya Pendidikan di Indonesia
Pemerataan pendidikan
merupakan proses meratakan pendidikan agar dapat dinikmati oleh seluruh
masyarakat Indonesia. Untuk
itu, pendidikan di Indonesia perlu ditingkatkan hingga ke pelosok negeri dan
bagi masyarakat menengah ke bawah. Karena mereka juga membutuhkan layanan pendidikan dalam
mengantisipasi persaingan global dan memerangi berkembangnya penyandang buta huruf.
Agenda penting pemerintah yang harus menjadi prioritas adalah
peningkatan pemerataan pendidikan, terutama bagi kelompok masyarakat miskin
yang berjumlah sekitar 38,4 juta atau 17,6 persen dari total penduduk Indonesia
(berdasarkan data Badan Pusat Statistik : 2007). Problem mereka adalah kemiskinan menjadi hambatan utama
dalam mendapatkan akses pendidikan di daerahnya.
Mayoritas kaum miskin di Indonesia bertempat tinggal di daerah jauh yang terpencil. Mereka praktis
kekurangan segalanya: fasilitas, alat-alat transportasi, dan komunikasi di samping rendahnya
pengetahuan mereka terhadap teknologi. Jika Negara
Indonesia
ingin memperjuangkan visi
Pendidikan nasional Indonesia yang berbunyi “terwujudnya sistem pendidikan
sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga
negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan
proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah”, maka
tugas pemerintah yang terpenting adalah memfasilitasi sarana dan prasarana
pendidikan untuk semua warga negaranya yang berada di seluruh penjuru negeri
agar seluruh warga Negara Indonesia memiliki hak yang sama dalam bidang
pendidikan.
C)
Rendahnya Kualitas Pendidik di Indonesia
Kualitas pendidik adalah ukuran mutu orang yang
mendidik siswa.
Sejak Indonesia merdeka telah
terjadi sembilan kali perubahan kurikulum pendidikan, namun tidak jelas kemana
sasarannya. Kurikulum 2013 ini memiliki inti pada pembelajaran yang sederhana
dan didasari orientasi pembelajaran yang “tematik-integratif”. Harapannya,
mampu mencetak generasi yang siap dalam menghadapi tantangan masa depan. Siswa
dituntut agar mampu dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan
mengkomunikasikan apa yang dipelajari. Targetnya, siswa memiliki kompetensi
sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang lebih baik. Lebih kreatif, inovatif,
dan produktif.
Sekarang yang menjadi permasalahan
lambatnya peningkatan kualitas disebabkan karena faktor kurikulum yang berganti-ganti
ataukah kualitas guru yang belum terlalu baik. Kita meyakini perubahan
kurikulum yang terlalu cepat memang menjadi faktor yang memperburuk kualitas
pendidikan tetapi bagaimana dengan peran guru? Apakah guru sebagai ujung tombak
pendidikan mempunyai kualitas yang baik untuk menciptakan anak didik yang
berkualitas? Seharusnya ini yang menjadi titik tekan pendidikan Indonesia.
Memperbaiki kualitas guru jauh lebih
penting daripada menganti-ganti kurikulum yang tidak jelas mau dibawa kemana.
Guru yang berkualitas seharusnya mampu mentransformasikan kurikulum dengan baik
melalui kreativitas dalam mengajar. Sehingga apapun bentuk perubahan kurikulum
tidaklah harus menjadi persoalan yang besar.
Paradigma guru yang nyaman dengan
metode lama dengan mengandalkan berceramah dan mencatat materi tentu harus
menjadi perhatian khusus. Saat ini pembelajaran harus mampu menembus batas dan
ruang kehidupan global. Guru harus mampu mengintegrasikan mata pelajaran dengan
aktualitas perkembangan jaman. Selain itu, sebagai guru harus bangga dengan
tugasnya. Tetapi banyak kita jumpai, guru memandang tugasnya hanya sebatas
profesi. Padahal tanggung jawabnya sungguh besar dan mulia. Ini adalah salah
satu “kanker” dalam dunia pendidikan.
Peningkatan kualitas guru (melalui program
profesi) seharusnya menjadi proyek yang diharapkan menjadi suatu cerita sukses
kualitas guru dan pendidikan. Tetapi dalam kenyataan program profesi yang
dilaksanakan hanya digunakan untuk mencari kesejahteraan ekonomi oleh para
guru. Parahnya lagi, proyek tersebut diperkirakan hanya digunakan untuk
menghabiskan dana 20 % anggaran pendidikan tanpa ada evaluasi yang
berkesinambugan mengenai kualitas guru yang masuk dalam program tersebut.
Sebagai guru yang baik seharusnya
mampu untuk mengukur kemmapuan diri. Bahkan lebih baik apabila sadar dan mau
untuk meningkatkan kualitasnya. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh guru
untuk meningkatkan kualitas dirinya.
Pertama, para guru harus
memperbanyak tukar pikiran tentang hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman
mengembangkan materi pelajaran dan berinteraksi dengan peserta didik. Tukar
pikiran tersebut bisa dilaksanakan dalam perternuan guru sejenis di sanggar
kerja guru, ataupun dalam seminar-seminar yang berkaitan dengan hal itu.
Kedua, para guru bisa mengikuti
seminar yang berkaitan dengan pendidikan. Mengikuti seminar mampu membuka
cakrawala wawasan dunia pendidikan. Sehingga diharapkan dengan keikutsertaan
tersebut mampu menggali potensi diri untuk dikembangkan dan ditransformasikan
dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.
Ketiga, para guru harus mulai aktif
membuat penelitian ilmiah mengenai pendidikan. Guru merupakan pelaku utama
dalam pendidikan sehingga penelitian yang dilakukan guru akan mempunyai manfaat
yang besar bagi dunia pendidikan. Karena guru merupakan objek dan subjek yang
ada di dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Setelah itu hasil penelitain
hendaknya dipublikasikan melalui berbagai media baik cetak maupun internet agar
senua orang bisa mengakses dan menjadi referensi perbaikan pendidikan di
Indonesia oleh siapapun.
D)
Pergantian Kurikulum Pendidikan di Indonesia
Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran yang
diberikan pemerintah atau dibuat oleh lembaga penyelenggara pendidikan yang
berisi rancangan pengajaran yang akan diberikan kepada peserta didik dalam
periode waktu tertentu untuk mencapai suatu tujuan pendidikan.
Menjelang tahun ajaran 2013 beberapa
bulan kedepan, beberapapihak yang peduli terhadap perkembangan pendidikan
Indonesia ikut bersuaramembicarakan masa depan kurikulum 2013. Kurikulum yang
akan diusung kementrianpendidikan untuk membangun pendidikan Indonesia,
kurikulum ini diharapkan mampumembentuk generasi bangsa yang mampu bersaing
dengan generasi bangsa yanglainnya.
Berbagai promo yang dilakukan
kementerian pendidikan untukmensosialisasikan kurikulum 2013 kepada pihak-pihak
yang berkepentingan. Kementrianpendidikan yang dipimpin oleh M. Nuh sangat
yakin, bahwa kurikulum 2013 mampumenjawab perkembangan zaman, dan mampu
membekali pelajar Indonesia dalammenghadapi tantangan zaman.
Hiruk pikuk “kegagalan”
penyelenggaraan UN yang belumterselesaikan, ternyata tidak menciutkan nyali
para pejabat di kementerianpendidikan dalam mempromosikan kurikulum 2013. Ujian
Nasional yang sudahdianggap MK tak layak diterapkan di negeri ini, dipaksakan
untuk dilaksanakanUN disetiap sekolahan seluruh Indonesia. Sehingga ada
dari berbagai pengamat menyatakanbahwa kepemimpinan M. Nuh tidak berhasil
menakhkodai kementrian pendidikan danbanyak dari para mahasiswa berkeinginan
mantan rector itu untuk mundur darikursi kementerian.
Kegagalan pendidikan Indonesia yang
belum mampu membentukmasyarakat yang madani, memang tidak bisa lepas dari
proses pembelajaran parapelajar disekolahannya masing-masing. Hal ini tanpa
mengurangi peranan keluargadan masyarakat dalam membentuk moralitas para
pelajar dalam berkehidupanbermasyarakat dan bernegara.
Membicarakan keberhasilan pendidikan
di Indonesia tidak bisadilepaskan dari kurikulum. Kurikulum menurut para
penggiat pendidikan merupakanperangkat penting dalam menentukan kebijakan,
proses pembelajaran, strategiserta evaluasi dalam dunia pendidikan. Keberadaan
kurikulum adalah untukmenentukan kearah mana pendidikan Indonesia akan
diarahkan. Keberadaan kurikulumdalam pendidikan juga dapat menentukan kemanakah
para pelajar ini akandiarahkan, akan dijadikan apa para pelajar kelak selesai
sekolah, dan bagaimanapara pendidik ini dalam mengajarkan dan
mentransformasikan ilmu pengetahuannyakepada para pelajar.
Kurikulum adalah perangkat (alat)
dalam menentukan tujuandalam pembentukan kegiatan pendidikan dan pengajaran.
Dalam kurikulum terdapatmata pelajaran, mata pelajaran inilah yang dijadikan
sarana bagi guru danpelajar dalam mengarahkan para siswa. Didalam kurikulum
juga terdapat program pendidikanyang diberikan kepada peserta didik guna
mengarahkan peserta didik dalam suatutujuan. Secara singkatnya kurikulum adalah
suatu system atau perangkat untukmempermudah para pendidik dalam mengarahkan
para siswa dalam prosespembelajaran sehingga tercapainnya suatu tujuan atau menuju
output yangdiharapkan.
Dalam penyusunan kurikulum yang
menjadi barometer keberhasilanpendidikan adalah pertama kandungan materi yang
diajarkan kepada peserta didik,yang kedua adalah pelaksanaan pembelajaran, yang
ketiga adalah penilaian darihasil penguasaan materi dan pelaksanaan
pembelajaran dan yang keempat adalahhasil akhir.
Jika mengacu kepada empat hal
tersebut pendidikan Indonesia apakahsudah menuju tujuan manusia yang beriman
dan bertaqwa (moralitas tinggi), cakapdan kreatif, mandiri dan bertanggungjawab.
Kesuksesan pendidikan Indonesia itudibuktikan oleh pelajar yang mampu bersikap
yang berdasarkan ketuhanan yangMaha Esa, mampu berpengetahuan luas dan memiliki
ketrampilan.
Kemunculan kurikulum 2013 didasari
oleh krisisnya keadaanbangsa yang semakin merosot moralitasnya. Coba bayangkan
saja disetiap beritayang dikabarkan di televise dan media massa yang lainnya.
Sudah berapakah parapejabat menjadi koruptor yang memperkaya diri sedangkan
rakyat dalampenderitaan yang sudah pada titik nadir, sudah berapakah jumlah
generasi negeriini dirusak dengan NARKOBA, sudah berakali berita tawuran
pelajar terjadi,sudah berakali tawuran para mahasiswa, sudah berapa kali berita
mengenaipemerkosaan, lebih parahnya lagi berita tentang ibu bunuh anaknya,
bapakperkosa anaknya, anak bunuh ibunya dll.
Secantik apapun kurikulum yang
diterapkan dalam duniapendidikan Indonesia, jika para pelaku (pejabat, pelaku
pendidikan, pengawaspendidikan, dinas, pemerintah dan elemen masyarakat) masih
menyimpan trikkotor, maka system yang ada akan menjadi kotor dan hasilnyapun
juga terkotori. Kurikulumadalah hanyalah perangkat/alat.
Pisau adalah alat, pisau jika
ditangan koki maka akanmembantu kinerja koki lebih baik, pisau kalau ditangan
pedagang daging makaakan mempermudah pekerjaanya, tapi jika pisau ada di tangan
penjahat, makapisau itu akan menjadi mesin pembunuh atau setidaknya sebagai
alat untuk terror.Begitu juga kurikulum pendidikan. Selama kurikulum itu berada
ditangan-tanganyang tidak bersih, maka jangan harap generasi yang akan
dihasilkan memilikimoralitas yang tinggi, setidaknya hasilnya adalah sama
dengan para pelakupemegang kurikulum. (Adib El-Nglesany)
E)
Kurangnya Pengawasan Pemerintah terhadap Pendidikan di
Indonesia
F)
Arus Murid yang Putus Sekolah dan Tidak Naik Kelas
Pengertian
putus sekolah dapat pula diartikan sebagai Drop-Out (DO) yang artinya bahwa
seorang anak didik yang karena sesuatu hal, biasa disebabkan karena malu,
malas, takut, sekedar ikut-ikutan dengan temannya atau karena alasan lain
sehingga mereka putus sekolah ditengah jalan atau keluar dan tidak lagi masuk
untuk selama-lamanya
Untuk
mengatasi persoalan tersebut, biasanya setiap orang tua yang memiliki ekonomi
lemah/miskin mengambil 3 pilihan untuk menjembatami dua kepentingan yang
bertolak belakang, keinginan untuk menyekolahkan anak dan keharusan anak untuk
bekerja demi membantu penghasilan orang tua.
Pendidikan
adalah merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia yang sekaligus dapat
membedakan antara manusia dengan hewan. Hewan juga belajar, tetapi lebih
ditentukan oleh instiknya. Sedangkan bagi manusia belajar berarti bahwa
rangkaian kegiatan menuju pendewasaan guna mencapai sebuah kehidudpan yang
lebih berarti. Oleh karena itu pendidikan atau yang lebih sering kita kenal
dengan istilah sekolah adalah merupakan bagian dari suatu aktivitas yang sadar
akan tujuan. Sekolah dalam hal ini pendidikan menempati posisi yang sangat
sentral da nstrategis dalam membangun kehidupan secara tepat dan terhormat.
Pendidikan
pada hakekatnya merupakan suatu keharusan bagi setiap manusia secara
keseluruhan. Setiap manusia berhak mendapatkan atau memperoleh pendidikan, baik
secara formal, informal maupun non formal, sehingga pada gilirannya ia akan
memiliki mental, akhlak, moral dan fisik yang kuat serta menjadi manusia yang
berbudaya tinggi dalam melaksanakan tugas, kewajiban dan tanggung jawabnya di
dalam masyarakat.
Namun
jika kita melihat kenyataan dalam melaksanakan, khususnya mereka yang berada di
Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang ternyata kebanyakan anak-anak
remaja mereka banyak yang putus sekolah dan memilih bekerja untuk membantu
orang tua dalam hal menambah penghasilan orang tuanya. Hal inilah yang
menyebabkan banyaknya remaja putus sekolah di Kecamatan Anggeraja Kabupaten
Enrekang.
Adapun
faktor-faktor penyebab banyaknya remaja putus sekolah di Kecamatan Anggeraja
sebagai akibat kegagalan pendidikan adalah kurangnya sarana dan prasarana
pendidikan serta kurangnya mutu pendidikan. Faktor lain yang menyebabkan
banyaknya remaja putus sekolah adalah kurangnya ikhwal serta peranan orang tua
dan juga banyaknya pengaruh lingkungan sosial.6
Adapun
faktor lain yang menyebab banyaknya remaja putus sekolah dan kegagalan pendidikan
menurut Bapak Umar Hatta salah satu guru di SMA Negeri I Anggeraja
mengatakan bahwa ada 3 permasalahan pokok yang menyebabkan banyaknya remaja
rawan DO atau putus sekolah sebagai berikut:
- Kurangnya perhatian atau
pengawasan orang tua terhadap kegiatan belajar anak di rumah.
- Figur orang tua yang senantiasa
melihat keberhasilan seseorang dari ukuran yang praktis dan pragmatis.
Artinya dimata orang tua yang terpenting adalah si anak dapat cepat
bekerja dan mencari uang sendiri.
- Kesadaran akan kebutuhan belajar
anak kurang.7
Adapun
faktor lain di luar faktor keluarga menurut pak Umar adalah masalah
lingkungan sosial masyarakat desa, dimana sudah menjadi rahasia umum bahwa
lulusan SLTP banyak yang tidak melanjutkan pendidikannya ke Sekolah Lanjutan
Atas (SMA), atau bahkan ke jenjang perguruna tinggi, tetapi malah mereka lebih
memilih untuk mencari kerja.8
Selain
itu ada juga faktor lain yang menyebabkan banyaknya remaja putus sekolah yang
mengakibatkan pendidikan menjadi gagal adalah akibat media massa, dimana banyak
remaja-remaja usia sekolah yang tergantung dan bahkan terpengaruh dengan
hadirnya stasiun TV yang banyak menawarkan berbagai macam acara-acarah menarik,
sehingga acapkali belajar pun rela mereka tinggalkan demi untuk mengikuti
acara-acara di TV, seperti acarah-acarah sinetraon, Filem India, acara KDI,
AFI, dan acara-acarah lain yang menarik, sehingga banyak remaja/pelajar yang
lebih memili untuk menonton dari pada belajar dan mengerjakan tugas.
Faktor
yang lain yang juga merupakan penyebab banyaknya remaja putus sekolah di
Kecamatan Anggeraja yang pada akhirnya akan terjadi kegagalan pendidikan adalah
masalah lingkungan sekolah, yang mana disekitar Kecamatan Anggeraja jumlah
sekolah yang relati kurang . Faktor lain yaitu jarak antara sekolah dan rumah
relatuf jauh, sehingga kebanyakan remaja mengatakan kepada orang tuanya bahwa
mereka ke sekolah tetapi ternyata mereka tidak sampai di sekolah. Meskipun hal
ini jarang terjadi namun kadang-kadang dapat mempengaruhi remaja untuk tidak
masuk sekolah dan akhirnya tidal lagi melanjutkan sekolahnya atau dengan kata
lain mereka telah putus sekolah. Kerasanya guru atau pengajar dalam memberikan
sansi atau hukuman kepada siswa yang berbuat suatu kesalahan, terutama hukum
yang bersifat fisik mengakibatnya banyaknya anak sekolah yang trauma dan
akhirnya mereka lebih memilih untuk tidak melanjutkan sekolahhnya.
Adapun
masalah keterbatasan dan kurangnya dorongan dari orang tua murid juga termasuk
penyebab banyknya remaja putus sekolah sehingga menyebabkan mutu pendidikan
menjadi rendah yang akhirnya terjadi kegagalan pendidikan. Kesibukan orang tua
yang sangat padat, sampai-sampai tidak ada waktu juga untuk mengetahui serta
membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh anak-anaknya di sekolah.
Disamping itu tidak jarang pula terjadi akibat orang tua itu sendiri yang
ternyata adalah sama sekali tidak pernah mengenal bangku sekolah, sehingga
wajar jika mereka tidak mampu mendampingi anak-anaknya ketika mengerjakan PR di
rumah.9
Kasus
siswa atau remaja yang tinggal kelas atau bahkan putus sekolah dan prestasi
belajar buruk/kurang bukan semata karena pengartuh TV. Memang diakui sebagai
abak/remaja putus sekolah akibat pengaruh TV, namun ada faktor lain seperti
faktor psikologis anak itu sendiri dalam banyak hal juga berpengaruh. Salah
satu guru SD di Kecamatan Anggeraja menuturkan bahwa adanya kebiasaan
buruk dari murid-murid, yaitu bersikap cuek atau acuh tak acuh dalam menerima
mata pelajaran dan mengerjakan PR. Didugah oleh Ibu Hajrah bahwa acapkali
dirasakan murid-murid yang masuk kelas tanpa kurang bersemangat dan bahkan
bersikap acuh terhadap penjelasan-penjelasan yang diberikan oleh guru dimuka
kelas, justru murid-murid sepertinya tampak gembira kalau guru menyatakan bahwa
hari ini tidak ada pelajaran atau kosong.10
Terkadang juga sering kita jumpai banyak remaja-remaja entah sengaja atau
tidak, tetapi sering meninggalkan bukunya di sekolah sehingga anak-anak pulang
hanya orangnya sendiri saja tidak membawa pulang juga peralatan sekolahnya,
sehingga jarang atau bahkan tidak pernah anak-anak belajar di rumah kalau tidak
mendesak ada PR dan bahkan PR itu sering kali mereka kerjakan menjelang masuk
sekolah.
Kurangnya
waktu belajar yang cukup buat remajah/anak sekolah pada akhirnya membuat mereka
kelabakan sendiri jika PR dari sekolah. Bisa dikatakan bahwa anak-anaka
cenderung akan belajar hanya jika ada Prnya saja, jangankan belajar untuk
materi yang akan datang, materi yang sudah diajarkan saja tidak jarang
anak-anak tidak belajar untuk mengulangnya lagi. Seringkali didapati
murid-murid mengerjakan PR secara dadakan, dengan membawa PR tersebut ke
sekolah dan dikerjakan bersama-sama dengan teman-temananya yang lain yang
kebetulan sudah mengerjakan PR. Biasanya mereka datang pagi-pagi sekali ke
sekolah, dan menungguh teman-temannya yang sudah mengerjakan PR. Dengan
berbekal PR pinjaman teman-temannya merekapun mencontek.11
Seperti
halnya soaal standarisasi untuk menentukan seorang siswa layak atau tidak naik
kelas, masalah pemberian sanksi bagi siswa yang tidak mengerjakan Rp, bagi
seorang guru adalah sesuatu yang sangat dilematis. Di satu sisi jika guru
bertindak lunak, tetapi di sisi yang lain jika guru bertindak kasar, mungkin
siswa yang bersangkutan akan malas dan tidak masuk sekolah, atau bahkan pada
akhirnya siswa tersebut lebih memilih untuk tidak lanjut lagi dan akhirnya
mereka putus sekolah. Disamping itu, para guru umumnya juga menyadari bahwa
untuk siswa yang sehari-harinya merangkap antara belajar dan bekerja, entah itu
di rumah atau bekerja di sektor publik, faktor kelelahan pisik juga sangat
mempengaruhi stamina siswa untuk dapat belajar dengan baik.
G)
Pengaruh Internet terhadap Pendidikan di Indonesia
Selain sangat bermanfaat bagi dunia pendidikan, namun
keberadaan internet juga tentu memiliki dampak negatif bagi dunia pendidikan
saat ini. Kebebasan penggunaan internet di Indonesia dari setiap tempat yang
memiliki akses jaringan internet, memungkinkan berbagai penyalahgunaan
fasilitas internet kerap dilakukan, baik sebagai sarana untuk kriminalitas atau
perbuatan asusila.
Beberapa oknum pelajar biasanya ada yang menjadikan internet sebagai media untuk mencari hal yang tidak mendidik, seperti halnya mencari gambar-gambar yang tidak senonoh, serta video-video yang bersifat asusila yang tentunya akan mempengaruhi jiwa dan kepribadian mereka, sehingga terpengaruh dan mengganggu konsentrasinya terhadap proses pembelajaran disekolah.
Dampak negatif internet lainnya bagi dunia pendidikan adalah dimana saat ini semakin banyaknya beredar game online yang umumnya sangat digemari oleh para pelajar. Game online yang digunakan secara tepat waktu tentu tidak akan berdampak negatif, tetapi penggunaan game online yang berlebih juga dapat berdampak kepada para siswa yang membuang-buang banyak waktu hanya bermain game, sementara lupa akan kegiatan belajar, bahkan kebiasaan bermain game online yang berlebihan juga akan berdampak bagi kesehatan para pelajar yang setiap harinya harus menghabiskan sebagian besar waktu hanya untuk bermain game online.
Penggunaan game online yang secara berlebihan yang dilakukan oleh para pelajar juga akan berpengaruh terhadap biaya hidup yang semakin mahal terhadap seorang pelajar. Dengan semakin lama bermain game online, tentu biaya koneksi internet yang harus dibayarkan juga akan semakin besar dan bukan tidak mungkin bagi para pelajar yang kebanyakan bermain internet lewat rental atau warnet, akan kehabisan banyak uang ketika harus bermain game online dalam waktu berjam-jam.
Memang tidak dapat dipungkiri bahwasannya dampak negatif yang ditimbulkan oleh internet terhadap dunia pendidikan tidaklah begitu besar bila dibandingkan dengan manfaat yang bisa diperoleh. Artinya bila kita menggunakan secara bijak, maka internet akan sangat bermanfaat, sementara bila digunakan secara tidak bijak, maka hal yang diperoleh tentunya adalah kebalikannya. Intinya penggunaan internet yang posifit dan negatif, tentu kembali kepada orang yang menggunakannya.
Beberapa oknum pelajar biasanya ada yang menjadikan internet sebagai media untuk mencari hal yang tidak mendidik, seperti halnya mencari gambar-gambar yang tidak senonoh, serta video-video yang bersifat asusila yang tentunya akan mempengaruhi jiwa dan kepribadian mereka, sehingga terpengaruh dan mengganggu konsentrasinya terhadap proses pembelajaran disekolah.
Dampak negatif internet lainnya bagi dunia pendidikan adalah dimana saat ini semakin banyaknya beredar game online yang umumnya sangat digemari oleh para pelajar. Game online yang digunakan secara tepat waktu tentu tidak akan berdampak negatif, tetapi penggunaan game online yang berlebih juga dapat berdampak kepada para siswa yang membuang-buang banyak waktu hanya bermain game, sementara lupa akan kegiatan belajar, bahkan kebiasaan bermain game online yang berlebihan juga akan berdampak bagi kesehatan para pelajar yang setiap harinya harus menghabiskan sebagian besar waktu hanya untuk bermain game online.
Penggunaan game online yang secara berlebihan yang dilakukan oleh para pelajar juga akan berpengaruh terhadap biaya hidup yang semakin mahal terhadap seorang pelajar. Dengan semakin lama bermain game online, tentu biaya koneksi internet yang harus dibayarkan juga akan semakin besar dan bukan tidak mungkin bagi para pelajar yang kebanyakan bermain internet lewat rental atau warnet, akan kehabisan banyak uang ketika harus bermain game online dalam waktu berjam-jam.
Memang tidak dapat dipungkiri bahwasannya dampak negatif yang ditimbulkan oleh internet terhadap dunia pendidikan tidaklah begitu besar bila dibandingkan dengan manfaat yang bisa diperoleh. Artinya bila kita menggunakan secara bijak, maka internet akan sangat bermanfaat, sementara bila digunakan secara tidak bijak, maka hal yang diperoleh tentunya adalah kebalikannya. Intinya penggunaan internet yang posifit dan negatif, tentu kembali kepada orang yang menggunakannya.
II.3
Evaluasi dan Solusi Permasalahan Pendidikan di
Indonesia
Evaluasi dan solusi permasalahan pendidikan adalah
penilaian beserta jalan keluar terhadap permasalahan pendidikan di Indonesia.
Untuk mengatasi masalah-masalah di
atas, secara garis besar ada dua solusi yang dapat diberikan yaitu:
Pertama, solusi sistemik, yakni solusi dengan mengubah sistem-sistem sosial yang berkaitan dengan sistem pendidikan. Seperti diketahui sistem pendidikan sangat berkaitan dengan sistem ekonomi yang diterapkan. Sistem pendidikan di Indonesia sekarang ini, diterapkan dalam konteks sistem ekonomi kapitalisme (mazhab neoliberalisme), yang berprinsip antara lain meminimalkan peran dan tanggung jawab negara dalam urusan publik, termasuk pendanaan pendidikan.
Maka, solusi untuk masalah-masalah yang ada, khususnya yang menyangkut perihal pembiayaan –seperti rendahnya sarana fisik, kesejahteraan guru, dan mahalnya biaya pendidikan– berarti menuntut juga perubahan sistem ekonomi yang ada. Akan sangat kurang efektif kita menerapkan sistem pendidikan Islam dalam atmosfer sistem ekonomi kapitalis yang kejam. Maka sistem kapitalisme saat ini wajib dihentikan dan diganti dengan sistem ekonomi Islam yang menggariskan bahwa pemerintah-lah yang akan menanggung segala pembiayaan pendidikan negara.
Kedua, solusi teknis, yakni solusi yang menyangkut hal-hal teknis yang berkait langsung dengan pendidikan. Solusi ini misalnya untuk menyelesaikan masalah kualitas guru dan prestasi siswa.
Maka, solusi untuk masalah-masalah teknis dikembalikan kepada upaya-upaya praktis untuk meningkatkan kualitas sistem pendidikan. Rendahnya kualitas guru, misalnya, di samping diberi solusi peningkatan kesejahteraan, juga diberi solusi dengan membiayai guru melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan memberikan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru. Rendahnya prestasi siswa, misalnya, diberi solusi dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas materi pelajaran, meningkatkan alat-alat peraga dan sarana-sarana pendidikan, dan sebagainya.
Pertama, solusi sistemik, yakni solusi dengan mengubah sistem-sistem sosial yang berkaitan dengan sistem pendidikan. Seperti diketahui sistem pendidikan sangat berkaitan dengan sistem ekonomi yang diterapkan. Sistem pendidikan di Indonesia sekarang ini, diterapkan dalam konteks sistem ekonomi kapitalisme (mazhab neoliberalisme), yang berprinsip antara lain meminimalkan peran dan tanggung jawab negara dalam urusan publik, termasuk pendanaan pendidikan.
Maka, solusi untuk masalah-masalah yang ada, khususnya yang menyangkut perihal pembiayaan –seperti rendahnya sarana fisik, kesejahteraan guru, dan mahalnya biaya pendidikan– berarti menuntut juga perubahan sistem ekonomi yang ada. Akan sangat kurang efektif kita menerapkan sistem pendidikan Islam dalam atmosfer sistem ekonomi kapitalis yang kejam. Maka sistem kapitalisme saat ini wajib dihentikan dan diganti dengan sistem ekonomi Islam yang menggariskan bahwa pemerintah-lah yang akan menanggung segala pembiayaan pendidikan negara.
Kedua, solusi teknis, yakni solusi yang menyangkut hal-hal teknis yang berkait langsung dengan pendidikan. Solusi ini misalnya untuk menyelesaikan masalah kualitas guru dan prestasi siswa.
Maka, solusi untuk masalah-masalah teknis dikembalikan kepada upaya-upaya praktis untuk meningkatkan kualitas sistem pendidikan. Rendahnya kualitas guru, misalnya, di samping diberi solusi peningkatan kesejahteraan, juga diberi solusi dengan membiayai guru melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan memberikan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru. Rendahnya prestasi siswa, misalnya, diberi solusi dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas materi pelajaran, meningkatkan alat-alat peraga dan sarana-sarana pendidikan, dan sebagainya.
Untuk mengatasi masalah-masalah di
atas, secara garis besar ada dua solusi yang dapat diberikan yaitu:
Pertama, solusi sistemik, yakni solusi dengan mengubah sistem-sistem sosial yang berkaitan dengan sistem pendidikan. Seperti diketahui sistem pendidikan sangat berkaitan dengan sistem ekonomi yang diterapkan. Sistem pendidikan di Indonesia sekarang ini, diterapkan dalam konteks sistem ekonomi kapitalisme (mazhab neoliberalisme), yang berprinsip antara lain meminimalkan peran dan tanggung jawab negara dalam urusan publik, termasuk pendanaan pendidikan.
Pertama, solusi sistemik, yakni solusi dengan mengubah sistem-sistem sosial yang berkaitan dengan sistem pendidikan. Seperti diketahui sistem pendidikan sangat berkaitan dengan sistem ekonomi yang diterapkan. Sistem pendidikan di Indonesia sekarang ini, diterapkan dalam konteks sistem ekonomi kapitalisme (mazhab neoliberalisme), yang berprinsip antara lain meminimalkan peran dan tanggung jawab negara dalam urusan publik, termasuk pendanaan pendidikan.
Kedua, solusi teknis, yakni
solusi yang menyangkut hal-hal teknis yang berkait langsung dengan pendidikan.
Solusi ini misalnya untuk menyelesaikan masalah kualitas guru dan prestasi
siswa.
Maka, solusi untuk masalah-masalah teknis dikembalikan kepada upaya-upaya praktis untuk meningkatkan kualitas sistem pendidikan. Rendahnya kualitas guru, misalnya, di samping diberi solusi peningkatan kesejahteraan, juga diberi solusi dengan membiayai guru melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan memberikan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru. Rendahnya prestasi siswa, misalnya, diberi solusi dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas materi pelajaran, meningkatkan alat-alat peraga dan sarana-sarana pendidikan, dan sebagainya.
Maka, solusi untuk masalah-masalah teknis dikembalikan kepada upaya-upaya praktis untuk meningkatkan kualitas sistem pendidikan. Rendahnya kualitas guru, misalnya, di samping diberi solusi peningkatan kesejahteraan, juga diberi solusi dengan membiayai guru melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan memberikan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru. Rendahnya prestasi siswa, misalnya, diberi solusi dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas materi pelajaran, meningkatkan alat-alat peraga dan sarana-sarana pendidikan, dan sebagainya.
Adapun Kurikulum 2013 bukan merupakan solusi bagi rendahnya kualitas
pendidikan di Indonesia hal ini disebabkan oleh Draf kurikulum 2013 yang sudah
dirilis dalam uji publik, dinilai oleh Dewan Pendidikan memiliki banyak
kelemahan. Pihaknya mencatat sejumlah kelemahan dari isi kurikulum yang mengurangi jumlah
mata pelajaran SD dari sepuluh menjadi enam mata pelajaran ini.
Kelemahan pertama, kurikulum 2013 bertentangan dengan Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional karena penekanan
pengembangan kurikulum hanya didasarkan pada orientasi pragmatis.
Perubahan Kurikulum 2013 juga tidak didasarkan pada evaluasi dari pelaksanaan
kurikulum sebelumnya (KTSP) 2006 sehingga dapat membingungkan guru dan pemangku
pendidikan dalam pelaksanaannya.
Kelemahan kedua, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud)
tidak pernah langsung melibatkan guru dalam merumuskan kurikulum 2013.
Kemendikbud seolah melihat semua guru dan peserta didik memiliki kemampuan yang
sama. Dalam kurikulum 2013, tak adanya keseimbangan antara orientasi proses
pembelajaran dan hasil. Keseimbangan itu sulit dicapai karena kebijakan ujian
nasional (UN) masih diberlakukan
Kelemahan
ketiga, yang terpenting adalah pengintegrasian mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dengan enam mata
pelajaran baru untuk jenjang sekolah dasar (SD). Langkah menghapus mata
pelajaran IPA dan IPS dinilai tidak tepat karena rumpun ilmu mata
pelajaran-mata pelajaran itu berbeda
0 komentar: