TUGAS MEMBUAT PROPOSAL PENELITIAN
Pengaruh
Lingkungan Sekolah, Peran Guru dalam Proses Pembelajaran terhadap Motivasi
Belajar Siswa SMA Negeri 1
Baureno pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi Komputer
Mata Kuliah: Penelitian
Pendidikan
Disusun oleh:
SHOUKI NURFARID A.
H
NPM: 2101000510637
Kelas: PJKR-D
JURUSAN PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI
FAKULTAS
PENDIDIKAN ILMU EKSAKTA DAN KEOLAHRAGAAN
IKIP
BUDI UTOMO MALANG
2013
KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum. Wr. Wb.
Puji syukur yang dalam penyusun
sampaikan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat, karunia, dan
hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaiakan proposal penelitian
ini sesuai yang diharapkan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan
kepada Rasulallah SAW, yang telah membawa kita dari jalan kegelapan menuju
jalan yang terang benderang.
Proposal penelitian
ini kami susun untuk meneliti Pengaruh Lingkungan Sekolah, Peran Guru dalam Proses Pembelajaran
terhadap Motivasi Belajar Siswa SMA Negeri 1 Baureno pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi Komputer
Dalam proses pembuatan proposal penelitian
ini, tentunya kami mendapatkan bimbingan, arahan, koreksi, dan saran. Untuk itu
rasa terima kasih yang dalam kami sampaikan kepada:
·
Bapak dosen yang membimbing kami
dalam proses pembuatan proposal dan proses penelitian.
Penyusun sadar bahwa dirinya hanya
manusia biasa yang pasti mempunyai banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, penyusun mengharap
kritik dan saran yang bersifat membangun demi pengembangn proposal penelitian
ini selanjutnya. Demikian proposal
penelitian ini kami buat semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb
Malang, 1
januari 2013
Penyusun,
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar............................................................................................................... i
Daftar Isi......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 1
A) Latar
Belakang Permasalahan............................................................................. 1
B) Identifikasi Masalah........................................................................................... 4
C) Pembatasan
Masalah........................................................................................... 4
D) Perumusan
Masalah............................................................................................ 4
E) Tujuan
Penelitian................................................................................................ 5
F) Manfaat
Penelitian.............................................................................................. 5
BAB II STUDI KEPUSTAKAAN............................................................................... 6
A) Pembahasan
Teori............................................................................................... 6
B) Hasail
Penelitian yang Relevan........................................................................... 16
C) Kerangka
Berpikir............................................................................................... 17
D) Hipotesis
Penelitian............................................................................................ 18
BAB III METODE PENELITIAN............................................................................... 19
A) Jenis
Penelitian.................................................................................................... 19
B) Tempat
dan Waktu Penelitian............................................................................. 19
C) Populasi,
Sampel, dan Sampling Penelitian........................................................ 19
D) Definisi
Operasional Variabel............................................................................. 19
E) Instrumen
dan Metode Pengumpulan Data........................................................ 20
F) Teknik
Analisis Data........................................................................................... 24
G) Prosedur/jadwal Penelitian................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 26
BAB I
PENDAHULUAN
A)
Latar
Belakang Permasalahan
Pendidikan
merupakan salah satu hal yang paling penting untuk mempersiapkan kesuksesan
masa depan. Pendidikan bisa diraih dengan berbagai macam cara,
salah satunya pendidikan di sekolah. Menurut Suharsimi Arikunto (1997:4)
menyebutkan bahwa dalam proses pendidikan ada lima faktor yang berpengaruh
yaitu: (1) guru dan personil lainnya, (2) bahan pelajaran, (3) metode mengajar
dan sistem evaluasi, (4) sarana penunjang dan (5) sistem administrasi. Kelima
faktor tersebut berada di lingkungan
sekolah.
Menurut
Suparlan (2008:71) sebuah pendidikan mempunyai tiga komponen utama yaitu guru, siswa
dan kurikulum. Ketiga komponen tersebut tidak dapat dipisahkan dan komponen-komponen
tersebut berada di lingkungan sekolah agar proses kegiatan belajar mengajar
dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan.
Pendidikan di sekolah
merupakan kewajiban bagi seluruh warga Negara Indonesia, untuk itu pemerintah
telah mencanangkan Wajib Belajar 9 Tahun. Hal ini sejalan dengan Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 yang menyatakan
bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa dan bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
individu beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Potensi yang
dimiliki siswa berbeda-beda, begitu juga dengan cara mengembangkan potensi yang
dimiliki. Cara mengembangkan potensi siswa bergantung
kepada keinginan yang dimiliki oleh setiap siswa. Hal ini dipengaruhi oleh
motivasi setiap pribadi masing-masing. Motivasi merupakan suatu kondisi yang
dimiliki oleh setiap siswa untuk bertingah laku. Menurut W.S. Winkel (1983:29)
siswa yang sudah duduk di Sekolah
Menengah Atas/Kejuruan harusnya lebih dipengaruhi oleh motivasi intrinsik,
karena siswa tersebut sudah mempunyai kesadaran pentingnya belajar untuk masa
depan. Namun dalam realita masih banyak siswa yang belum dipengaruhi oleh motivasi intrinsik tersebut. Berdasarkan
hal tersebut, guru mempunyai peran penting untuk mengembangkan motivasi
intrinsik siswa.
Motivasi yang
dimiliki oleh setiap siswa pun berbeda-beda, terutama motivasi dalam hal
belajar atau sering disebut dengan motivasi belajar. Menurut Lester D. Crow dan
Alice Crow (1948) yang diterjemahkan oleh Kasijan (1984:360) motivasi dalam
belajar harus dibantu dengan bimbingan untuk memahami arti dalam kegiatan
belajar agar siswa tersebut mempunyai keinginan untuk mempelajari yang
seharusnya dipelajari. Jika keinginan setiap siswa dalam belajar harus didukung
oleh bimbingan yang sesuai maka motivasi siswa dalam belajar pun akan semakin
meningkat sehingga tujuan dari motivasi pun juga akan tercapai, yaitu prestasi
belajar. Menurut B. R. Bugelski (1956) yang diterjemahkan oleh Kasijan
(1984:361) motivasi sangat berhubungan erat dengan perhatian dan sikap guru
berperan sangat penting untuk mendorong siswa agar dapat belajar dengan penuh
perhatian. Dengan demikian, guru merupakan salah satu sumber yang sangat
penting dalam menumbuhkan motivasi siswa dan merupakan komponen
penting yang terdapat di dalam lingkungan sekolah.
Peran guru
dalam proses pembelajaran, antara lain sebagai informator/komunikator,
organisator, konduktor, motivator, pengarah dan pembimbing, pencetus ide,
penyebar luas, fasilisator, evaluator, dan pendidik. Dalam proses belajar
mengajar sebagai suatu keseluruhan proses peran guru tidak dapat
dikesampingkan. Karena belajar itu adalah interaksi antara pendidik atau
guru dengan peserta didik atau siswa yang menghasilkan perubahan tingkah laku.
Di sekolah, guru merupakan salah satu faktor penentu pokok dalam peningkatan
mutu pendidikan. Oleh karena itu, proses tersebut harus dirancang sedemikian
rupa, sehingga dapat menghasilkan prestasi belajar yang sesuai dengan yang
diinginkan. Guru hendaknya tidak menggunakan metode pelajaran yang monoton
seperti ceramah atau mencatat. Dalam proses pembelajaran guru harus dapat
mengguakan metode-metode atau cara mengajar yang baik, efektif, dan efisien sehingga siswa dapat merasa tertarik atau tidak bosan pada saat
proses belajar. Hal ini sangat berpengaruh terhadap motivasi siswa dalam
belajar.
SMA Negeri 1 Baureno merupakan salah satu SMA yang berada di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. SMA Negeri 1
Baureno adalah salah satu sekolah yang memiliki sarana dan prasarana yang baik
dan memadai tetapi masih dalam jumlah yang belum cukup, terutama sarana dalam
pembelajaran dalam mata pelajaran Teknologi Informasi Komputer (TIK). Selain itu, siswa SMA Negeri 1
Baureno berasal dari
berbagai latar belakang pendidikan Sekolah Dasar (SD)
yang berbeda-beda dan sebagian diantaranya berasal dari sekolah di daerah terpencil yang mempunyai fasilitas sekolah yang minim dan ada yang belum mamiliki komputer, sehingga pemahaman siswa mengenai teknologi komputer pun masih kurang.
Lingkungan
sekolah sangat berperan penting dalam proses belajar siswa. Sarana prasarana
yang terdapat disekolah sangat diperlukan dalam proses pembelajaran. Sarana
prasarana yang tidak lengkap akan membuat proses pembelajaran akan terhambat.
Begitu juga dengan peran guru dalam proses pembelajaran yang digunakan oleh
guru dalam menyampaikan materi kepada siswa.
Sarana
prasarana yang berupa ruangan laboratorium harus mencukupi jumlah siswa yang
ada disekolah tersebut, sehingga siswa dapat memakai
satu komputer dalam praktek pelajaran. Namun kenyataan di lapangan,
sarana prasarana komputer yang ada belum cukup untuk menampung semua siswa. Setiap siswa tidak bisa memakai
satu komputer, namun satu komputer harus untuk tiga siswa bahkan lebih. Hal ini membuat siswa sedikit kesulitan dalam memahami materi
jika ketiga siswa tersebut tidak saling bekerjasama. Sebagian besar guru mata
pelajaran Teknologi
Informasi Komputer (TIK)
dalam proses pembelajarannya masih menggunakan metode ceramah,
sehingga guru tidak dapat mempraktikan secara langsung materi praktik yang
kemudian dapat diikuti secara bersamaan oleh siswa. Dalam praktik pelajarannya, guru harus berjalan satu per satu ke komputer siswa. Apabila tidak
seperti itu, akan membuat siswa sulit untuk menerima materi praktik yang diberikan.
Guru dalam proses pembelajaran
harus mempunyai ide-ide kreatif dalam
menjelaskan materi agar seluruh siswa mengerti
dengan materi yang diberikan. Guru yang
menjelaskan materi dengan metode ceramah akan menuntut siswa untuk mencatat pada buku
seadanya yang siswa bawa ke laboratorium komputer. Terkadang buku catatan yang dipakai siswa
untuk mencatat pelajaran TIK bercampur dengan mata pelajaran lain. Hal ini akan berpengaruh terhadap disiplin belajar siswa yang kurang baik.
Menurut data
yang diperoleh, dari tahun ke tahun masih banyak siswa yang mendapatkan nilai
di bawah rata-rata atau di bawah ketuntasan minimal untuk mata pelajaran Teknologi Informasi Komputer. Nilai-nilai yang masih di bawah ketuntasan minimal dari tahun ke tahun menimbulkan pertanyaan bagi guru, faktor apakah yang mempengaruhi prestasi belajar siswa?
Prestasi tersebut bisa diawali dengan motivasi belajar siswa yang bisa
disebabkan oleh beberapa faktor.
Berdasarkan
persoalan-persoalan tersebut maka timbul permasalahan yang perlu dikaji yang
berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa pada
mata pelajaran Teknologi Informasi Komputer.
Faktor-faktor tersebut pada penelitian ini hanya dibatasi oleh lingkungan
sekolah dan peran guru dalam proses pembelajaran saja. Melalui metode yang
sama, maka peneliti mengusulkan “Pengaruh Lingkungan Sekolah, Peran Guru dalam
Proses Pembelajaran terhadap Motivasi Belajar Siswa SMA Negeri 1 Baureno pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi Komputer” sebagai judul penelitian ini.
B)
Identifikasi
Masalah
Berdasarkan latar
belakang permasalahan yang dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan identifikasi masalah sebagai berikut:
1)
Nilai
hasil evaluasi belajar yang masih banyak di bawah rata-rata/di bawah nilai
ketuntasan minimal dari tahun ke tahun.
2)
Kurangnya
variasi terhadap proses pembelajaran dalam menerangkan materi pelajaran yang dilakukan oleh guru.
3)
Kelengkapan
sarana prasarana yang terdapat di laboratorium komputer sudah
memadai tetapi masih minim jumlahnya.
4)
Satu
komputer tidak bisa “digunakan” oleh satu
siswa, sehingga membuat siswa sedikit kesulitan dalam memahami materi jika
mereka tidak ada saling kerjasama dengan temannya.
5)
Kurangnya
perhatian siswa tentang buku catatan tersendiri sehingga siswa mengalami
kesulitan dalam memahami materi.
6)
Rendahnya
minat siswa untuk memahami mata pelajaran.
C)
Pembatasan
Masalah
Memperhatikan
identifikasi masalah diatas, permasalahan yang diteliti dibatasi dua faktor
saja yang berhubungan dengan motivasi belajar siswa, yaitu lingkungan sekolah
dan peran guru dalam proses pembelajaran pada mata pelajaran Teknologi Informasi Komputer di SMA Negeri 1 Baureno.
D)
Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan rumusan masalah
sebagai berikut:
1)
Apakah
lingkungan sekolah berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa pada mata
pelajaran Teknologi Informasi Komputer di SMA Negeri 1 Baureno?
2)
Apakah
peran guru dalam proses pembelajaran berpengaruh terhadap motivasi belajar
siswa pada mata pelajaran Teknologi Informasi Komputer di SMA Negeri 1 Baureno?
3)
Apakah
lingkungan sekolah dan peran guru dalam proses pembelajaran berpengaruh secara
bersama-sama terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Teknologi Informasi Komputer di SMA Negeri 1 Baureno?
E)
Tujuan
Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan tujuan penelitian
sebagai berikut:
1)
Mengetahui
lingkungan sekolah berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa pada
pelajaran Teknologi Informasi Komputer di SMA Negeri 1 Baureno.
2)
Mengetahui
peran guru dalam proses pembelajaran guru berpengaruh terhadap motivasi belajar
pada pelajaran Teknologi Informasi Komputer di SMA Negeri 1 Baureno.
3)
Mengetahui
lingkungan sekolah, peran guru dalam proses pembelajaran berpengaruh secara
bersama-sama terhadap motivasi belajar siswa pada pelajaran Teknologi Informasi Komputer di SMA Negeri 1 Baureno.
F)
Manfaat Penelitian
1)
Manfaat
Praktis
Bagi sekolah
mata pelajaran Teknologi
Informasi Komputer, hasil
penelitian ini dapat menjadi bahan masukan guna meningkatkan motivasi belajar siswa
dalam mencapai target belajar siswa yang diinginkan.
2)
Manfaat
Teoritis
Penelitian
ini diharapkan dapat memberikan gambaran kondisi lingkungan
sekolah dan
peran guru dalam proses pembelajaran di SMA Negeri 1 Baureno terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Teknologi Informasi Komputer.
BAB II
STUDI KEPUSTAKAAN
A)
Pembahasan
Teori
1) Tinjauan
tentang Motivasi Belajar
a)
Pengertian
Motivasi Belajar
Motivasi
merupakan aspek yang sangat penting dalam mendukung seseorang dalam mengerjakan
atau mempelajari sesuatu hal, sehingga mempengaruhi seseorang dalam pencapaian
sebuah prestasi belajar. Istilah motivasi
sering disamakan dengan istilah motif, M. Ngalim Purwanto(2006:60)
menyatakan motif adalah sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak
melakukan sesuatu. Selain itu seperti yang dikatakan oleh Sartain dalam buku
Pshyclogy Understanding of Human Behaviour yang dikutip oleh M. Ngalim Purwanto
(2006:60) motif adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme
yang mengarahkan tingkah laku/perbuatan ke suatu tujuan atau perangsang. Dengan
demikian motif adalah hal yang mendorong seseorang untuk mengerjakan sesuatu
hal.
Adapun
pengertian motivasi menurut seorang ahli yang bernama Mc Donald
yang dikutip oleh Wasty Soemanto (2006:203) motivasi sebagai sebuah perubahan
tenaga di dalam diri/pribadi seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan
reaksi-reaksi dalam usaha mencapai tujuan. Definisi tersebut berisi tiga hal,
yaitu (1) motivasi dimulai dengan sistem perubahan dalam diri seseorang, (2)
motivasi ditandai oleh dorongan afektif, (3) motivasi ditandai oleh
reaksi-reaksi dalam mencapaian tujuan yang diinginkan.
Menurut Jamnes
O. Whittaker yang dikutip oleh Wasty Soemanto (2006:205),
motivasi adalah kondisi atau keadaan untuk bertingkah laku untuk mencapai
tujuan yang ditimbulkan oleh motivasi tersebut. Namun menurut Ghuthrie yang
dikutip oleh Wasty Soemanto (2006:206), motivasi hanyalah menimbulkan variasi
respons pada individu, dan apabila dihubungkan dengan cara hasil belajar,
motivasi tersebut bukan merupakan instrument dalam belajar tetapi hanyalah
penyebab dari variasi reaksi. Berdasarkan definisi motivasi yang telah
dikemukakan oleh beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu
kondisi untuk memberikan dorongan dalam melakukan suatu hal untuk mencapai
sebuah tujuan yang diharapkan.
Adapun menurut
Sugihartono, dkk (2007:78) motivasi belajar memegang peranan yang sangat
penting untuk pencapaian prestasi belajar siswa, karena
motivasi belajar yang tinggi akan
terlihat dari ketekunan yang tidak mudah menyerah meskipun dihadapkan
oleh beberapa kendala. Motivasi tinggi tersebut dapat ditemukan dalam sikap
siswa, antara lain:
(1) tingginya keterlibatan afektif siswa dalam belajar, (2) tingginya keterlibatan
efektif siswa dalam belajar, (3) tingginya upaya siswa untuk menjaga agar
senantiasa memiliki motivasi belajar. W.S. Winkel (1983:27) mengemukakan
motivasi belajar adalah daya penggerak secara keseluruhan yang berasal dari
dalam diri siswa untuk menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan
dan memberikan arah pada kegiatan belajar tersebut hingga tujuan yang
dikehendaki siswa akan tercapai.
Berdasarkan
pendapat di atas, dengan
demikian motivasi belajar adalah sebuah dorongan untuk melakukan sesuatu hal
yang diwujudkan dalam sebuah tindakan untuk melakukan kegiatan belajar dalam
mencapai sebuah tujuan yang diharapkan.
b)
Macam-macam
Motivasi Belajar
Motivasi-motivasi
untuk belajar yang muncul dari dalam diri seseorang terdapat berbagai macam
hal. Apabila dilhat dari beberapa sudut pandang, para ahli psikologi berusaha
untuk menggolongkan motif-motif yang ada di dalam diri individu ke dalam
beberapa golongan. Menurut Sartain yang dikutip oleh M. Ngalim Purwanto (2006-62)
membagi motif-motif tersebut menjadi dua golongan, yaitu: (1) physiological
drive, (2) social motives. physiological drive adalah sebuah dorongan yang
bersifat fisiologis seperti: lapar, haus,
seks, dan
sebagainya. Sedangkan social motives adalah dorongan-dorongan yang hubunganya
dengan manusia dengan manusia yang lain dalam masyarakat, seperti:
dorongan estetis, dorongan ingin selalu berbuat baik (etika), dan
sebagainya. Jadi kedua golongan motif
tersebut saling berhubungan dengan yang lain. Woodwort yang dikutip oleh M.
Ngalim Purwanto (2006:63) menyatakan bahwa motif-motif pada seseorang
berkembang melalui kematangan, latihan, dan
belajar.
Menurut Wasty
Soemarno (2006:207) mengemukakan bahwa motivasi memiliki dua elemen, yaitu
elemen dalam (inner component), elemen luar (outer component). Elemen dalam
(inner component) adalah elemen yang berupa perubahan yang terjadi dalam diri
seseorang. Perubahan ini
berupa keadaan tidak puas atau ketegangan psikologis. Elemen
luar (outer component) adalah element yang mengarahkan tingkah laku seseorang
yang berada di luar diri seseorang tersebut untuk mencapai tujuan yang ingin
dicapai.
Menurut M.
Sobry Sutikno menyebutkan bahwa motivasi
belajar ada dua yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik
adalah motivasi yang berasal dari dalam individu itu sendiri tanpa ada paksaan
atau dorongan dari orang lain. motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul
dari luar diri individu karena adanya paksaan atau dorongan dari orang lain
sehingga individu tersebut mempunyai kemauan untuk melakukan sesuatu atau
belajar.
Berdasarkan
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar dibagi menjadi dua
macam, yaitu motivasi belajar yang berasal dari dalam diri individu/siswa
(motivasi intrinsik) dan motivasi belajar yang dari luar diri individu/siswa
(motivasi ekstrinsik). Kedua macam motivasi belajar tersebut sangat berperan
penting bagi pencapaian tujuan belajar siswa dan mempunyai keterkaitan.
c)
Faktor-faktor
yang Memengaruhi Motivasi Belajar
Motivasi
belajar dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Brophy (2004) yang
dikutip oleh Anonim terdapat lima faktor yang dapat mempengaruhi motivasi
belajar siswa, yaitu: (1) harapan guru, (2) instruksi langsung, (3) umpan balik
(feedback) yang tepat, (4) penguatan atau hadiah, (5) hukuman.
W.S. Winkel
(1983:29) mengemukakan bahwa siswa yang masih duduk dibangku Sekolah Dasar (SD)
lebih dipengaruhi oleh motivasi ekstrinsik, sedangkan siswa yang sudah duduk di
bangku Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas/Kejuruan
seharusnya lebih dipengaruhi oleh motivasi intrinsik, karena siswa tersebut lebih mempunyai kesadaran pentingnya belajar untuk masa depan dibandingkan siswa Sekolah Dasar (SD). Namun dalam realita masih banyak siswa Sekolah
Menengah Atas/Kejuruan
yang belum dipengaruhi oleh motivasi intrinsik tersebut. Berdasarkan hal-hal
tersebut, guru mempunyai peran penting untuk mengembangkan motivasi intrinsik
tersebut.
d)
Upaya
Menumbuhkan Motivasi Belajar
Motivasi untuk
belajar adalah suatu yang penting dalam usaha pencapaian
tujuan yang diharapkan oleh siswa. Maka
motivasi merupakan hal yang utama yang harus dimiliki oleh setiap siswa.
Motivasi ini harus dimulai dari diri siswa itu sendiri. Motivasi dalam diri
siswa merupakan hal yang paling penting, karena apabila siswa tersebut tidak
mempunyai kesadaran dalam belajar maka
motivasi itu tidak akan tumbuh, walaupun faktor dari luar diri siswa sudah
mendukung. Oleh karena itu, harus ada
upaya untuk menumbuhkan motivasi untuk
belajar pada siswa.
Membangkitkan
motivasi belajar siswa tidaklah mudah. Guru merupakan salah satu cara untuk
menumbuhkan motivasi belajar siswa, karena guru merupakan orang yang berperan
penting dalam proses belajar siswa. Namun apabila guru tidak paham dengan hal
yang diinginkan oleh siswa, maka motivasi tersebut tidak bisa ditumbuhkan dari
dalam diri siswa. Motivasi tersebut dapat ditumbuhkan dengan salah satu cara, yaitu guru menberikan reward pada siswa yang aktif dalam kegiatan
belajar mengajar.
Menurut
Sardiman (2010:92-95) menyatakan bahwa bentuk dan cara yang dapat digunakan
untuk menumbuhkan motivasi untuk belajar
adalah:
1) Pemberian angka,
hal ini disebabkan karena banyak siswa belajar dengan tujuan utama yaitu untuk
mencapai angka/nilai yang baik.
2) Hadiah, namun
dengan pemberian hadiah tidak semua senang, karena hadiah tersebut tidak akan
menarik bagi siswa yang tidak berbakat dalam suatu pekerjaan.
3) Persaingan/kompetisi,
dengan persaingan individual maupun kelompok dapat meningkatkan kegiatan belajar siswa.
4) Ego-involvement,
yaitu menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan
menerimanya sebagai tantangan, sehingga siswa bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri.
5) Memberi ulangan,
para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahuai akan ada ulangan.
6) Memberitahukan
hasil, hal ini aka mendorong siswa untuk lebih giat belajar terutama kalau
terjadi kemajuan.
7) Pujian, jika ada
siswa yang berhasil menyelesaikan tugas dengan baik, hal ini merupakan bentuk
penguatan positif.
8) Hukuman, pemberian
hukuman yang tepat dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar.
9) Hasrat belajar,
dengan adanya hasrat belajar yang tumbuh dari dalam diri siswa itu sendiri,
maka hasil belajar akan lebih baik.
10) Minat, minat adalah
motivasi pokok yang timbul karena kebutuhan.
11) Tujuan yang diakui,
dengan memahami tujuan yang akan dicapai, maka akan mempermudah untuk
menimbulkan gairah belajar siswa.
W.S. Winkel
(1983:30) mengemukakan bahwa upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh seorang guru
dalam menumbuhkan motivasi intrinsik pada siswa, yaitu:
(1) menjelaskan mengenai tujuan dan kegunaan mempelajari suatu pelajaran yang
diajarkan, (2) menunjukan antusiasme dan menggunakan prosedur mengajar yang
sesuai, (3) memberikan materi pelajaran yang tidak terlalu mudah dan tidak
terlalu sulit, (4) menjaga disiplin balajar di dalam kelas, dan (5) membagikan
hasil PR dan ulangan dalam waktu yang singkat. Selain itu guru dapat memberikan
inisiatif lain untuk menumbuhkan motivasi intrinsik siswa, diantaranya adalah
dengan menggunakan pujian berdasarkan prestasi, dan hukuman yang
tidak menyakitkan siswa. Inisiatif-inisiatif tersebut digunakan untuk
menggerakkan siswa belajar.
Menurut W.S
Winkel (1983-31) guru harus bisa membuat siswa senang dalam belajar, anatara
lain: (1) membina hubungan yang baik/akrab dengan siswa, (2) menyajikan materi
pelajaran yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit, (3) menggunakan
alat-alat pendukung pembelajaran, dan (4) bervariasi dalam menggunakan metode
pembelajaran.
Berdasarkan
pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa terdapat usaha-usaha dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa, yaitu
dengan cara menjelaskan mengenai tujuan dan maksud dari sebuah pembelajaran,
menggunakan variasi metode pembelajaran, memberikan materi pelajaran yang mudah
dimengerti siswa, memberikan pujian bagi siswa yang berprestasi dan hukuman
bagi siswa yang melanggar, dan menerapkan
disiplin belajar siswa.
e)
Ciri-ciri
motivasi belajar
Menurut
Sardiman (2009:83) Teori ini mirip dengan teori insting, tetapi lebih
ditekankan pada unsur-unsur kejiwaan yang ada pada diri manusia. Bahwa setiap
tindakan manusia terdapat unsur pribadi
manusia yakni id dan ego. Tokoh dari teori ini adalah Freud. Selanjutnya untuk
melengkapi uraian mengenai makna dan teori tentang motivasi itu, perlu
dikemukakan bahwa adanya beberapa ciri motivasi. Motivasi yang ada pada diri setiap
orang itu memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a)
Tekun
menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama dan tidak
berhenti sebelum selesai).
b)
Ulet
menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan dorongan dari
luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang
telah dicapainya).
c)
Menunjukkan
minat terhadap bermacam-macam masalah untuk orang dewasa (misalnya masalah
pembangunan agama, politik, ekonomi, keadilan, pemberantasan
korupsi, penentangan terhadap setiap tindakan kriminal, amoral, dan
sebagainya.
d)
Lebih
senang belajar mandiri.
e)
Cepat
bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis,
berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).
f)
Dapat
mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu).
g)
Tidak
mudah melepaskan hal yang diyakini itu.
h)
Senang
mencari & memecahkan masalah soal-soal.
Apabila
seseorang memiliki ciri-ciri seperti diatas, berarti orang itu selalu memiliki
motivasi yang cukup kuat. Ciri-ciri motivasi itu akan sangat penting dalam
kegiatan belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar mengajar akan sangat berhasil
baik, kalau siswa tekun mengerjakan tugas, ulet dalam memecahkan berbagai
masalah dan
hambatan secara mandiri. Siswa yang belajar dengan baik tidak akan terjebak
pada sesuatu rutinitas dan mekanis. Siswa
harus mampu mempertahankan pendapatnya, kalau dia
sudah yakin dan dipandangnya cukup rasional, bahkan lebih lanjut siswa harus juga
peka dan
responsif terhadap berbagai masalah umum dan bagaimana
memikirkan pemecahanya. Hal-hal itu semua harus dipahami benar oleh guru, agar
dalam berinteraksi dengan siswanya dapat memberikan motivasi yang tepat dan
optimal.
Menurut Elida
Prayitno (1989:11) Di dalam proses belajar siswa yang termotivasi secara
intrinsik dapat dilihat dari kegiatannya yang tekun dalam mengerjakan
tugas-tugas belajar karena merasa butuh dan
ingin mencapai tujuan belajar yang sebenarnya. Tujuan belajar yang sebenarnya
adalah untuk menguasai apa yang sedang dipelajari, bahkan karena ingin mendapat
pujian dari guru. Grage dan Herline (1988)
mengemukakan bahwa siswa yang termotivasi secara intrinsik aktivitasnya lebih
baik dalam belajar daripada siswa yang termotivasi secara ekstrinsik. Siswa
yang memiliki motivasi intrinsik
menunjukan keterlibatan dan aktivitas yang
tinggi dalam belajar. Siswa seperti ini baru akan mencapai kepuasan kalau dia
dapat memecahkan masalah pelajaran dengan benar, dan kalau mengerjakan tugas
dengan baik. Mempelajari/mengerjakan tugas-tugas dalam belajar membentuk
tantangan baginya dan dia terpaut tanpa terpaksa terhadap tugas-tugas belajar tersebut.
Berdasarkan
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ciri seseorang yang mempunyai motivasi
yaitu: tekun menghadapi, ulet menghadapi kesulitan, Menunjukkan minat terhadap
bermacam-macam masalah untuk orang dewasa, lebih senang belajar mandiri, cepat
bosan pada tugas-tugas yang rutin, dapat mempertahankan pendapatnya, tidak
mudah melepaskan hal yang diyakini itu serta senang mencari dan
memecahkan masalah soal-soal. Siswa yang termotivasi secara intrinsik
aktivitasnya lebih baik dalam belajar daripada siswa yang termotivasi secara
ekstrinsik.
2) Tinjauan
Tentang Lingkungan Sekolah
a)
Lingkungan
Sekolah
Manusia sebagai
makhluk sosial pasti akan selalu bersentuhan dengan lingkungan sekitar.
Lingkungan inilah yang secara langsung/tidak langsung dapat mempengaruhi
karakter/sifat seseorang. Lingkungan secara sempit diartikan sebagai alam
sekitar diluar diri manusia atau individu sedangkan secara arti luas,
lingkungan mencakup segala material dan stimulus di dalam dan diluar individu,
baik yang bersifat fisiologis, psikologis, maupun sosio kultural. Secara
fisiologis, lingkungan meliputi kondisi dan material jasmaniah di dalam tubuh.
Secara psikologis, lingkungan mencakup segenap yang diterima oleh individu
mulai sejarah dalam kondisi konsensi, kelahiran, sampai kematian. Secara
sosio kultural, lingkungan mencakup segenap stimulus, interaksi, dan dalam
hubungannya dengan perlakuan ataupun karya orang lain (M. Dalyono,2005:129)
“Lingkungan
adalah segala sesuatu yang berada pada
diri kita, yang dalam arti yang lebih sempit, lingkungan merupakan
hal-hal/sesuatu yang berpengaruh terhadap perkembangan manusia” (Tabrani
Rusyan.dkk:1994). Menurut Oemar Hammalik “Lingkungan adalah sesuatu yang ada di
alam sekitar yang memiliki makna/pengaruh tertentu kepada individu”. Lingkungan
menyediakan stimulus terhadap individu sedangkan individu memberikan respon
terhadap lingkungan yang ada di alam sekitar.
Segala kondisi
yang berada di dalam dan diluar
individu baik fisiologis, psikologis, maupun sosial kultural akan mempengaruhi
tingkah individu ke arah yang
benar. Lingkungan berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh
yang langsung misalnya pergaulan dengan keluarga, teman-teman, sedangkan
pengaruh tidak langsung misalnya melalui televisi, membaca koran, dan sebagainya.
Menurut Dwi
Siswoyo., dkk, lingkungan pendidikan meliputi:
1) Lingkungan
phisik (keadaan iklim, keadaan alam)
2) Lingkungan
budaya (bahasa, seni, ekonomi, politik pantangan hidup, dan
keagamaan).
3) Lingkungan sosial/masyarakat
(keluarga, kelompok, bermain, organisasi) (Dwi Siswoyo,dkk.,2007:148)
Berdasarkan
berbagai pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa lingkungan adalah segala
sesuatu yang berada di alam sekitar yang memiliki makna/pengaruh terhadap
karakter/sifat seseorang secara langsung maupun tidak langsung.
b)
Pengertian
Lingkungan Sekolah
Sekolah adalah
lembaga pendidikan secara resmi menyelenggarakan kegiatan pembelajaran secara
sistematis, berencana, sengaja dan terarah yang
dilakukan oleh pendidik yang professional dengan program yang dituangkan ke
dalam kurikulum tertentu dan diikuti oleh
peserta didik pada setiap jenjang tertentu, mulai dari tingkat anak-anak sampai
perhuruan tinggi. Menurut Sumitro dkk.
“Sekolah
adalah lingkungan pendidikan yang mengembangkan dan
meneruskan pendidikan anak menjadi warga Negara yang cerdas, terampil dan
bertingkah laku baik” (Sumitro,dkk.,2006:81). Sekolah sebagai tempat belajar
bagi seorang siswa dan teman-temannya untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dari
gurunya dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
secara formal.
“Sekolah
merupakan lingkungan pendidikan formal. Dikatakan formal karena disekolah
terlaksana serangkaian kegiatan terencana
dan terorganisasi, termasuk kegiatan dalam rangka proses belajar-mengajar di
kelas” (Winkel,2009:28). Definisi lain menyebutkan bahwa “sekolah adalah suatu
lembaga yang memberikan pelajaran kepada murid-muridnya” (Oemar
Hamalik,2003:5). Sekolah dapat mengembangkan dan meningkatkan pola pikir anak
karena di sekolah mereka belajar bermacam-macam ilmu pengetahuan.
Kualitas guru
merupakan faktor yang penting pula. Kualitas guru yang dimaksud meliputi sikap dan
kepribadan guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki guru, dan
sebagaimana cara guru itu mengajarkan pengetahuan itu kepada anak didiknya
turut menentukan bagaimana hasil belajar yang dapat dicapai anak (Ngalim
Purwanto,2006:105). Keadaan sekolah tempat belajar juga
turut mempengaruhi tingkat keberhasilan belajar. “Keadaan gedung sekolahnya dan
letaknya, serta alat-alat
belajar juga ikut menentukan keberhasilan belajar siswa” (Muhibbin
Syah,2006:152).
“Letak gedung
sekolah harus memenuhi syarat-syarat seperti tidak terlalu dekat dengan kebisingan/jalan
ramai dan memenuhi
syarat-syarat yang telah ditentukan ilmu kesehatan sekolah” (Sumadi
Suryabrata,2006:233). Lingkungan sekolah seperti para guru, staf administrasi dan
teman-teman sekelas juga dapat mempengaruhi semangat belajar siswa. Para guru
yang menunjukkan sikap dan perilaku yang
simpatik, misalnya rajin membaca dan
berdiskusi dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa.
Teman-teman yang rajin belajar dapat mendorong seorang siswa untuk lebih
semangat dalam kegiatan belajarnya.
Menurut Nana
Syaodih Sukmadinata (Nana Syaodih
Sukmadinah,2004:164), lingkungan sekolah meliputi:
1) Lingkungan fisik
sekolah seperti sarana dan prasarana belajar,
sumber-sumber belajar, dan media belajar.
2) Lingkungan sosial
menyangkut hubungan siswa dengan teman-temanya, guru-gurunya, dan
staf sekolah yang lain.
3) Lingkungan Akademis
yaitu suasana sekolah dan pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar serta berbagai
kegiatan kurikuler.
Lingkungan
sekolah terkait dengan metode mengajar guru, kurikulum, relasi guru dengan
siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah. Lingkungan sekolah mencakup
keadaan lingkungan sekolah, suasana sekolah, keadaan gedung, masyarakat
sekolah, tata tertib dan fasilitas-fasilitas sekolah. Seperti pula dalam
bukunya Dimyati & Mudjiono bahwa dalam prasarana pembelajaran meliputi
gedung sekolah, ruang belajar, lapangan olah raga, ruang ibadah, ruang kesenian
dan
peralatan olah raga. Sarana pembelajaran meliputi buku pelajaran, buku bacaan
alat dan fasilitas laboratorium sekolah dan berbagai media pembelajaran
lainnya.
Lingkungan
sekolah juga memegang peranan penting bagi perkembangan belajar para siswanya.
Lingkungan ini meliputi lingkungan fisik sekolah seperti lingkungan sekitar
sekolah, sarana dan prasarana belajar yang ada, sumber-sumber belajar dan media
belajar dan sebagainya. Lingkungan sosial menyangkut hubungan siswa dengan
kawan-kawannya, guru-guru serta staf sekolah lainnya. Lingkungan sekolah juga
menyangkut lingkungan akademis, yaitu suasana dan pelaksanaan kegiatan belajar
-mengajar, berbagai kegiatan kokulikuler dan sebagainya.
Berdasarkan
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan sekolah merupakan tempat bagi
siswa untuk belajar bersama teman-temannya secara terarah guna menerima
transfer pengetahuan dari guru yang didalamnya mencakup keadaan sekitar suasana
sekolah, relasi siswa dengan dan teman-temannya, relasi siswa dengan guru dan
dengan staf sekolah, kualitas guru dan metode mengajarnya, keadaan gedung,
masyarakat sekolah, tata tertib, fasilitas-fasilitas sekolah, dan sarana
prasarana sekolah.
3. Tinjauan
tentang peran guru dalam proses pembelajaran.
c) Pengertian
Peran Guru
Mengenai apa
peran guru itu ada beberapa pendapat yang dijelaskan dalam buku Sardiman A.M.
(2006:143), antara lain:
1) Prey
Katz menggambarkan peran guru sebagai komunikator, sahabat yang dapat
memberikan nasihat-nasihat, motivator sebagai pemberi inspirasi dan dorongan,
pembmbing dalam mengembangkan sikap dan tingkah laku serta nilai-nilai, orang
yang menguasai bahan yang diajarkan.
2) James
W.Brown mengemukakan bahwa tugas dan peran guru antara lain: menguasai dan
mengembangkan materi pelajaran, merencana dan mempersiapkan pelajaran
sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa.
3) Federasi
dan Organisasi Profesional Guru Sedunia mengungkapkan bahwa peran guru di
sekolah, tidak hanya sebagai transmitter dari ide tetapi juga berperan sebagai
transformer dan katalisator dari nilai dan sikap.
Dari pendapat
di atas dapat disimpulkan bahwa, peran guru adalah:
1) Sebagai informator,
guru sebagai pelaksana mengajar informatife, laboratorium, studi lapangan dan
informasi kegiatan maupun umum.
2) Sebagai
organisator, guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus, workshop,
jadwal pelajaran, dan lain-lain.
3) Sebagai motivator,
guru harus dapat merangsang dan memberikan dorongan untuk mendinamisasi potensi
siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta, sehingga akan terjadi
dinamika di dalam proses belajar mengajar.
4) Sebagai direktor
guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar mengajar siswa
sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.
5) Sebagai inisiator,
guru sebagai pencetus ide-ide kreatif yang dapat dicontoh oleh anak didiknya
dalam proses belajar.
6) Sebagai
transmitter, guru bertindak sebagai penyebar kebijaksanaan pendidikan dan
pengetahuan.
7) Sebagai
fasilisator, guru memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar
mengajar.
8) Sebagai mediator,
guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.
9) Sebagai evaluator,
Guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang akademis
maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana anak
didiknya berhasil atau tidak.
Slameto
(1995:97-98) mengemukakan bahwa dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai
tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi siswa
untuk mnecapai tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala
sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk membantu proses perkembangan siswa.
Penyampaian materi pelajaran hanyalah merupakan salah satu dari berbagai
kegiatan dalam belajar sebagai suatu proses dinamis dalam segala fase dan
proses perkembangan siswa. Secara lebih terperinci tugas guru terpusat pada:
1) Mendidik dengan
titik berat memberikan arah dan motivasi pencapaian tujuan baik jangka pendek
maupun jangka panjang.
2) Memberi fasilitas
pencapaian tujuan meliputi pengalaman belajar yang memadai.
3) Membantu
perkembangan aspek-aspek pribadi seperti sikap, nilai-nilai dan penyesuaian
diri.
Dengan demikian
peranan guru dalam belajar ini menjadi lebih luas dan lebih mengarah kepada
peningkatan motivasi belajar siswa. Melalui peranannya guru diharapkan mampu
mendorong siswa untuk senantiasa belajar dalam berbagai kesempatan melalui
berbagai sumber dan media. Guru hendaknya mampu membantu setiap siswa secara
efektif dapat mempergunakan berbagai kesempatan belajar dan berbagai sumber
serta media belajar. Hal ini berarti bahwa guru hendaknya dapat mengembangkan
cara dan kebiasaan belajar yang sebaik-baiknya. Selanjutnya sangat diharapkan
guru dapat memberikan fasilitas yang memadai sehingga siswa dapat belajar
secara efektif.
B)
Hasil Penelitian yang
Relevan
Menurut Syaiful
(2009) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar
matematika siswa SMK di Kecamatan Karangmojo. Peneliti dibatasi oleh masalah
kemampuan mengajar, perhatian orang tua, dan sarana belajar, ketiga masalah
tersebut sebagai variabel bebas. Hasil peneliti menyimpulkan bahwa kemampuan
mengajar guru, perhatian orang tua, dan sarana belajar bersama-sama berpengaruh
secara signifikan terhadap motivasi belajar siswa, namun kemampuan mengajar
guru mempunyai pengaruh yang tertinggi dibandingkan dengan perhatian orang tua
dan sarana belajar.
Riris Purnowati
(2006) meneliti tentang pengaruh disiplin dan motivasi belajar terhadap
prestasi belajar siswa kelas X SMK Teuku Umar Semarang tahun ajaran 2005/2006.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa disiplin belajar siswa kelas X SMK Teuku
Umar Semarang tahun ajaran 2005/2006 termasuk dalam kategori baik, motivasi
belajar siswa dalam kategori baik.
Nur Huda (2007)
meneliti tentang survei faktor-faktor
yang mempengaruhi motivasi siswa kelas XI dalam mengikuti pelajaran pendidikan
jasmani di SMA Muhammad 1 Semarang tahun 2006/2007 mampu mempengaruhi
motivasinya dalam mengikuti pelajaran pendidikan jasmani dalam kategori tinggi
sedangkan faktor ekstrinsik juga mempengaruhi motivasinya dalam mengikuti pelajaran
pendidikan jasmani dalam kategori tinggi pula. Tingginya pengaruh faktor
intrinsik terhadap motivasi siswa disebabkan siswa telah memiliki derajat
kesehatan yang sangat tinggi, memiliki perhatian yang tinggi pada mata
pelajaran pendidikan jasmani, memiliki minat yang tinggi dalam mengikuti
pelajaran pendidikan jasmani, serta memiliki bakat dalam bidang olahraga yang
tinggi. Sedangkan tingginya pengaruh faktor ekstrinsik disebabkan karena metode
mengajar guru memiliki variasi yang tinggi, alat pelajaran pendidikan
pendidikan jasmani yang ada memiliki inovasi da kelengkapan yang tinggi, waktu
pelajaran memiliki kesesuaian dengan kondisi siswa yang sedang serta kondisi
siswa yang sedang serta kondisi lingkungan yang mendukung tinggi.
C)
Kerangka
Berpikir
Berdasarkan
deskripsi teoritis yang di atas, selanjutnya diajukan kerangka berpikir dan
model hubungan antar masing-masing variabel dalam penelitian ini. Sesuai dengan
ruang lingkup penelitian yaitu tentang motivasi belajar siswa pada mata
pelajaran Teknologi
Informasi Komputer di SMA Negeri 1 Baureno, dapat diduga yang mempengaruhi motivasi belajar siswa adalah
lingkungan sekolah dan metode pembelajaran guru. Keseluruhan
faktor tersebut mempunyai kaitan yang sangat erat antara variabel satu dengan
variabel lainnya.
1) Hubungan
lingkungan sekolah dengan motivasi belajar
2) Hubungan
peran guru dalam proses pembelajaran dengan motivasi belajar
3) Model
kerangka konseptual
Lingkungan sekolah : X1
Peran guru dalam proses pembelajaran : X2
Motivasi belajar : Y
Keterangan:
·
Variabelnya adalah lingkungan sekolah, peran guru dalam proses pembelajaran.
·
Masing-masing
variabel berpengaruh terhadap motivasi belajar.
D)
Hipotesis
Penelitian
Berdasarkan
permasalahan penelitian dan kajian teoritis di atas, maka disusun hipotesis
penelitian berikut:
1) Terdapat
pengaruh yang positif dan signifikan lingkungan sekolah terhadap motivasi
belajar siswa pada mata pelajaran Teknologi Informasi Komputer di SMA Negeri 1 Baureno.
2) Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan peran guru
dalam proses pembelajaran terhadap
motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Teknologi Informasi Komputer di SMA Negeri 1 Baureno.
3) Terdapat
pengaruh yang positif dan signifikan lingkungan sekolah dan peran guru dalam
proses pembelajaran secara bersama-sama terhadap motivasi belajar siswa pada
mata pelajaran Teknologi Informasi Komputer di
SMA Negeri 1 Baureno.
BAB III
METODE
PENELITIAN
A) Jenis Penelitian
Penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis regresi. Ragam penelitian ini
adalah penelitian yang terstruktur yag dimulai dari pengujian hipotesis,
sedangkan jenis penelitian bersifat non eksperimental. Penelitian korelasional
untuk mengetahui bagaimana faktor-faktor Lingkungan Sekolah (X1), Peran Guru
Dalam Proses Pembelajaran (X2) terhadap Motivasi Belajar Siswa (Y).
Pengumpulan
data variabel bebas dan variable terikat dilakukan dengan angket. Analisis
regresi digunakan untuk mengetahui dugaan
yang paling kuat dan dugaan yang paling
lemah diantara variabel bebas terhadap
variabel terikat.
B) Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini
dilakukan di SMA Negeri 1 Baureno.
C) Populasi, Sampel, dan Sampling Penelitian
a)
Populasi
Populasi dalam
penelitian ini adalah semua siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Baureno yang jumlahnya 280 siswa.
b)
Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah 100 siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Baureno.
c)
Sampling
Cara pengambilan sampel pada penelitian ini adalah simple random sampling
dengan cara diundi, sehingga semua anggota populasi memiliki peluang yang sama
untuk menjadi sampel penelitian.
D) Definisi Operasional Variabel
Definisi
operasional dalam penelitian ini adalah:
1) Motivasi
belajar adalah sebuah dorongan untuk melakukan suatu hal yag diwujudksan dalam
sebuah tindakan untuk melakukan kegiatan belajar dalam mencapai sebuah tujuan
yang diharapkan. Ciri seseorang yang mempunyai motivasi yaitu: tekun
menghadapi, ulet menghadapi kesulitan, Menunjukkan minat terhadap
bermacam-macam masalah untuk orang dewasa, lebih senang belajar mandiri, cepat
bosan pada tugas-tugas yang rutin, dapat mempertahankan pendapatnya, tidak
mudah melepaskan hal yang diyakini itu serta senang mencari dan
memecahkan masalah soal-soal.
2) Lingkungan
sekolah adalah segala sesuatu yang mempengaruhi kenyamanan belajar siswa baik
dalam bentuk aspek fisik maupun aspek non fisik. Termasuk dalam aspek fisik
yaitu kelengkapan sarana prasarana, sedangkan dalam aspek non fisik yaitu korelasi
siswa dengan siswa warga sekolah. Lingkungan sekolah terkait dengan metode
mengajar guru, kurikulum, korelasi guru
dengan siswa, korelasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah. Lingkungan sekolah
mencakup keadaan lingkungan sekolah, suasana sekolah, keadaan gedung,
masyarakat sekolah, tata tertib, dan
fasilitas-fasilitas sekolah.
3) Peran
Guru dalam Proses Pembelajaran adalah hasil pemahaman siswa terhadap peran guru
sehingga nantinya dapat ditentukan bagaimana tanggapan siswa terhadap peran
yang telah dijalankan oleh guru tersebut. Adapun indikator dari Peran Guru
dalam Proses Pembelajaran yaitu: Sebagai informator, organisator, motivator,
direktor inisiator, transmitter , fasilisator , mediator, evaluator dalam
proses pembelajaran.
E) Instrumen dan Metode Pengumpulan Data
Menurut
Suharsimi Arikunto (2006:222) metode pengumpulan data adalah cara yang dapat
digunakan oleh peneliti untuk teknik pengumpulan data. Berdasarkan sifat
masalahnya, yaitu pemanfaatan gambar peneliti bermaksud untuk menguji hipotesis
karena hasilnya akan dihitung dengan menggunakan statistik.
1) Instrumen
penelitian
Instrumen
merupakan alat bantu yang digunakan untuk mengumpulkan data. Instrumen pada
penelitian kuantitatif menggunakan angket, lembar observasi atau lainya.
Penelitian ini menggunakan angket tertutup dimana jawaban sudah disediakan oleh
peneliti sehingga responden tinggal memilih. Angket ini menggunakan skala likert.
Menurut Sugiyono (2010:134) skala likert
digunakan untuk mengukur sikap atau pendapat seseorang atau sejumlah kelompok
terhadap sebuah fenomena sosial dimana jawaban setiap item instrumen mempunyai
gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif.
Pengisian angket ini dengan cara setiap responden harus memilih satu diantara 4
alternatif jawaban yang ada dari masing-masing item, tidak ada jawaban benar
atau salah, setiap jawaban mempunyai skor berbeda. Melalui skala Likert,
variabel-variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator-indikator.
Adapun skor untuk
masing-masing alternatif jawaban adalah:
a) Variabel
Motivasi Belajar dan Metode pembelajaran guru
1) Skor
1 untuk alternatif jawaban Tidak Sesuai
2) Skor
2 untuk alternatif jawaban Kurang Sesuai
3) Skor
3 untuk alternatif jawaban Sesuai
4) Skor
4 untuk alternatif jawaban Sangat Sesuai
b) Variabel
Lingkungan Sekolah
1) Skor
1 untuk alternatif jawaban Kurang Baik
2) Skor
2 untuk alternatif jawaban Cukup Baik
3) Skor
3 untuk alternatif jawaban Baik
4) Skor
4 untuk alternatif jawaban Sangat Baik
Adapun
kisi-kisi penyusunan instrumen angket adalah sebagai berikut:
1) Lingkungan
Sekolah
Indikator dari
angket variabel Lingkungan sekolah dapat dilihat dari table berikut ini:
No
|
Indikator
|
No item
|
jumlah
|
1
|
Keadaan sekitar sekolah
|
1,2,3,4
|
4
|
2
|
Keadaan gedung sekolah & fasilitas sekolah
|
5,6,7,8
|
4
|
3
|
Sarana & prasarana sekolah.
|
9,10,11
|
3
|
4
|
Suasana sekolah
|
11,12,13,14
|
4
|
5
|
Relasi siswa dengan teman-temanya
|
15,16*
|
2
|
6
|
Relasi siswa dengan guru
|
17,18
|
2
|
7
|
Relasi siswa dengan staf sekolahan
|
19,20*
|
2
|
8
|
Tata tertib di sekolah
|
21,22,23
|
3
|
* : nomor
item dengan pertanyaan negatif.
2) Peran guru dalam proses pembelajaran
Indikator dari angket variabel
Metode pembelajaran guru dapat dilihat dari table berikut ini:
No
|
Indikator
|
No.item
|
jumlah
|
1
|
Sebagai informator
|
1,2,3
|
3
|
2
|
Sebagai organisator
|
4,5*
|
2
|
3
|
Sebagai motivator
|
6,7,8
|
3
|
4
|
Sebagai direktor
|
9,10,11
|
3
|
5
|
Sebagai inisiator
|
12,13,14
|
3
|
6
|
Sebagi transmitter
|
15,16,17
|
3
|
7
|
Sebagai fasilisator
|
18,19*,20
|
3
|
8
|
Sebagai mediator
|
21,22
|
2
|
9
|
Sebagai evaluator
|
23,24,25
|
3
|
* : nomor
item dengan pertanyaan negatif.
3) Motivasi
Belajar
Indikator dari
angket variabel Motivasi belajar dapat dilihat dari table berikut ini:
No
|
Indikator
|
No.item
|
jumlah
|
1
|
Tekun menghadapi tugas
|
1,2,3,4
|
4
|
2
|
Ulet menghadapi kesulitan.
|
5,6,7*
|
3
|
3
|
Keinginan mendalami materi yang
diberikan.
|
8,9,10,11
|
4
|
4
|
Senang dan rajin penuh semangat.
|
12,13,14,15*
|
4
|
5
|
Dapat mempertahankan pendapatnya
|
16,17,18
|
3
|
6
|
Berprestasi sebaik mungkin.
|
19,20,21
|
3
|
7
|
Senang mencari dan memecahkan
masalah.
|
22,23*
|
2
|
8
|
Minat terhadap masalah yang belum
diketahui
|
24,25,26
|
3
|
* : nomor
item dengan pertanyaan negatif.
a) Validitas
Instrumen
Validitas instrumen
berhubungan dengan kesesuaian dan kecermatan fungsi alat ukur yang
digunakannya. Suatu alat pengukur dikatakan valid jika benar-benar sesuai
menjawab tentang variabel yang diukur. Validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukan kevalidan atau keahlian suatu instrumen. Menurut Sugiyo (2004:109),
sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yag diteliti secara
tepat. Validitas instrumen dalam penelitian ini dilakukan dengan validitas
konstruk dan validitas isi. Menurut Sugiyo (2004:141), validitas konstruk
dilakukan dengan mengkonsultasikan indikator-indikator yang digunakan dalam
instrumen pada ahli dibidangnya sehingga pengembangan indikatornya sesuai
dengan kebutuhan penelitian.
Validitas isi
dilakukan dengan mengembangkan kisi-kisi instrumen menjadi butir-butir (item)
pertanyaan. Sehubungan validitas alat ukur, Suharsimi Arikunto (2002:145),
membedakan dua macam validitas alat ukur yaitu validitas logis dan validitas
empiris. Validitas logis merupakan validitas yang diperoleh melalui cara-cara
yang benar sehingga menuntut logika yang dapat mencapai
suatu tingkat validitas yang dikehendaki. Validitas empiris adalah validitas yang
diperoleh dengan jalan mengujicobakan instrumen pada sasaran yang sesuai dalam
penelitian.
Uji validitas instrumen
dimaksudkan untuk mendapatkan alat ukur yang sahih dan terpercaya. Pengujian
validitas logis dalam penelitian ini, dilakukan dengan jalan mengkonsultasikan
kisi-kisi instrumen yang telah disusun kepada ahli, dalam hal ini adalah dosen
yang ahli di bidang pendidikan.
Selesai angket
disusun dan diuji coba validitas logis dan reliabilitas, angket tersebut
diujicobakan pada 30 siswa dari SMA
yang memiliki karakteristik yang hampir sama di luar sampel penelitian untuk
mengetahui validitas item soal. Menurut Sugiyanto (2010:177) instrumen yang
diujicobakan pada sampel dimana populasi diambil dengan jumlah anggota sampel
yang digunakan sekitar 30 orang. Hasil uji coba ini diketahui sejauh mana
validitas dan reabilitas instrumen yang akan digunakan dalam pengambilan data.
Pengujian
validitas adalah pengujian yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana
ketepatan dan kecermatan alat ukur dalam melakukan fungsinya sebagai alat ukur.
Nilai validitas yang dicari dengan menggunakan rumus koefisien korelasi product
moment dari Karl Person (Suharsimi
Arikunto,2006:170). Pengujian validitas ini dilakukan untuk mengukur validitas
instrument.
Rumusnya :

Keterangan:
r XY = Koefisien korelasi
N = Jumlah responden
XY = Total perkalian skor item dan total
X = Jumlah skor item
Y = Jumlah skor total


Pengujian
validitas empiris dapat menggunakan teknik analisis butir, yaitu dengan cara
mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor totalnya. Menurut Sutrisno Hadi
(1987:27) suatu butir dikatakan valid apabila rpq>r-tabel pada taraf
signifan 5% pada pengujian satu sisi.
F) Teknik Analisis Data
Teknik analisis
data adalah suatu cara yag dilakukan untuk mengolah data agar dihasilkan suatu
kesimpulan yang tepat. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi
analisa deskriptif dan pengujian hipotesis dengan menggunakan regresi dua predictor atau dugaan.
G) Prosedur/jadwal
Penelitian
Berikut ini adalah prosedur atau
langkah-langkah dalam pelaksanaan penelitian:
1)
Peneliti memahami kerangka berpikir dalam penelitian.
2)
Peneliti melakukan dugaan sementara pada masalah penelitian.
3)
Peneliti memilih populasi dan sampel yang akan digunakan untuk penelitian.
4)
Peneliti memberikan angket kepada sampel yang telah dipilih untuk
dilakukannya pengumpulan data.
5)
Peneliti menganalisis data yang telah terkumpul.
6)
Peneliti melakukan laporan dan konsultasi kepada pembimbing untuk meminta
koreksi dan arahan.
Berikut ini adalah jadwal penelitian yang akan dilaksanakan.
No.
|
Kegiatan
|
Tahun
2013
|
|||||||||||||||
Januari
|
Februari
|
Maret
|
April
|
||||||||||||||
1.
|
Persiapan
|
x
|
x
|
x
|
|||||||||||||
2.
|
Pengumpulan dan Analisis Data
|
x
|
x
|
x
|
x
|
||||||||||||
3.
|
Penulisan
Laporan dan Konsultasi
|
x
|
x
|
x
|
x
|
||||||||||||
4.
|
Penggandaan
|
x
|
DAFTAR PUSTAKA
0 komentar: